Desa ‘Wisata’ Bulo Butuh Sentuhan Reel Pemerintah
Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat memiliki banyak potensi wisata yang tersebar di beberapa kecamatan. Salah satunya, Desa Bulo yang memiliki destinasi wisata alam dan agrowisata. Wilayah di bagian utara Kabupaten Polman di ketinggian 450-600 MdPL itu, berjarak sekira 20 kilometer dari jalan Trans Sulawesi. Jalanan ke yang merupakan ruas jalan provinsi telah beraspal mulus untuk dilalui kendaraan roda empat.
Bulo memiliki destinasi wisata alam unggulan “negeri di atas awan”. Hamparan awan tebal yang menyelimuti gunung pada subuh hingga pagi mulai terang, memanjakan mata pengunjung di beberapa lokasi. Yaitu, Puncak Uhai Sibaki, Puncak Lemonipi, Bukit Anugerah, Bukit Senayan, Bukit Rumbia, dan Bukit Rimba Tameahung. Ada juga air terjun yang dikenal dengan nama Palappang Karua.
Potensi agrowisata di Desa Bulo adalah kebun durian monthong yang berada dalam kawasan Kebun Raya Bulo (KRB) dan kebun rakyat di sekitarnya. Dalam areal sekira 500 hektar itu terdapat juga beberapa jenis buah-buahan, dan pertanaman palawija berupa jagung, sayur-sayuran, dan lombok. Ada juga lokasi untuk pengembangan perikanan air tawar. Tersedia juga aneka kuliner tradisional untuk memanjakan lidah pengunjung ke Bulo, tempat bernuansa khas untuk menikmati kuliner tradisional, dan sarana akomodasi sederhana berupa gazebo yang tidak jauh dari lokasi negeri di atas awan.
Potensi yang dimiliki Bulo cukup menjanjikan sebagai desa wisata. Hanya saja, butuh perhatian dan sentuhan yang memadai dari pemerintah provinsi dan kabupaten. Pada seleksi Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2022 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) belum lama ini, Bulo termasuk salah satu dari 500 desa wisata di Indonesia yang dinilai dan dikakukan proses kurasi. Tapi, hanya sampai 300 besar. Belum berhasil menembus kriteria untuk penetapan 50 desa penerima ADWI 2022.
Salah satu pengelola KRB, Edy Rasyid mengatakan pengelolaan potensi wisata Bulo selama ini masih sebatas inisiatif masyarakat dengan modal semangat. Yang kini sangat diharapkan, adalah dukungan riel pemerintah mulai tingkat desa sampai kabupaten dan provinsi. Selain dukunhan pembinaan, katanya, sangat diharapkan juga perbaikan infrastruktur jalan ke lokasi destinasi yang tersebar di beberapa tempat. Sarana jalan yang ada masih berupa jalan tanah atau perintisan. Kondisinya masih memprihatinkan, terutama pada musim hujan.
“Kita sangat membutuhkan dukungan riel pemerintah mulai tingkat desa sampai provinsi, agar potensi yang ada bisa lebih cepat berkembang. Terutama yang bisa memudahkan pengunjung ke lokasi destinasi di beberapa tempat, dan dukungan untuk pengembangan agrowisata,” tutur Edy, beberapa hari lalu. Ia tidak menafikan dukungan dukungan kebijakan dari pemerintah selama ini, namun diperlukan yang lebih riel dari Pemkab maupun Pemprov Sulbar. Dukungan kebijakan dalam bentuk tertulis yang ada, masih sebatas Peraturan Desa (Perdes) tentang Pengembangan Desa Wisata Desa Bulo, dan SK Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Polman.
Kabarnya, salah satu kekurangan Desa Bulo pada penilaian ADWI 2022 yang lalu, karena penetapan sebagai desa wisata hanya sebatas Perdes dan SK kepala dinas. Itu menggambarkan dukungan kebijakan tidak maksimal. Bobot penilaiannya beda kalau yang keluarkan pejabat setingkat bupati, apalagi gubernur. Lebih baik lagi kalau ada dukungan bersama pemerintah dan DPRD,
“Saya dapat informasi, salah satu kekurangan kita karena penilaian sebagai desa wisata untuk mendapatkan ADWI, karena dianggap belum ada dukungan kebijakan maksimal dari pemerintah daerah. Perdes dan SK kepala dinas beda bobotnya kalau yang tanda tangan setingkat bupati atau gubernur. Bobotnya lebih tinggi,” ungkap Edy. Pemuda yang menggeluti perkebunan durian montong itu berharap ke depan dukungan kebijakan pemerintah akan lebih maksimal.
Pengembangan agrowisata Bulo masih menghadapi tantangan dan kendala juga. Lahi-lagi terkait dukungan riel pemerintah untuk penyediaan beberapa bibit tanaman palawija yang dibutuhkan petani, dan kelancaran pemasaran hasil kebunnya. Kendala tersebut, karena belum memadai sarana yang memudahkan dijangkau kendaraan dalam kawasan KRB.
Sejak beberapa tahun terakhir, beberapa pejabat Pemkab Polman menjadi pekebun di Bulo. Memiliki tanah yang dilengkapi rumah untuk beristirahat akhir pekan. Kehadiran para pekebun yang merupakan penentu kebijakan, diharapkan lebih memudahkan pengembangan potensi Desa Bulo sebagai desa wisata. Pun untuk kemajuan Desa dan Kecamatan Bulo soal sumberdaya manusia dan infrastruktur sebagian wilayahnya yang hingga kini masih menyedihkan. (emdanial)







