Melihat Potret Warga Miskin di Polman, Hidup di Gubuk Reot dan Kerap Kehujanan
Gubuk reot milik Rahman, warga Desa Mammi, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (31/10/2020)

Melihat Potret Warga Miskin di Polman, Hidup di Gubuk Reot dan Kerap Kehujanan

POLEWALI,- Kendati berbagai program dan bantuan telah dikucurkan pemerintah, untuk mengentaskan kemiskinan, namun tampaknya, potret warga yang hidup dalam kondisi memprihatinkan lantaran belitan ekonomi, masih banyak dijumpai di Kabupaten Polewali Mandar.

Salah satunya dirasakan dirasakan Rahman (60 Tahun) dan istrinya Nur Aini (60 Tahun), warga Desa Mammi, Kecamatan Binuang.

Meski tinggal tidak jauh dari pusat pemerintahan dan kota Kabupaten Polewali Mandar, sudah lima tahun lamanya, pasangan suami istri yang memiliki 6 orang anak ini, harus bertahan hidup dengan kondisi memprihatinkan, dalam gubuk reot berukuran 4 x 6 meter, yang berdiri di atas tanah becek, pinjaman dari warga setempat.

“ Dulu ada rumah dan tanah sendiri, di bagian belakang, hanya saja sudah dijual karena untuk memenuhi kebutuhan “, kata Nur Aini kepada wartawan yang berkunjung, Sabtu (31/10/2020) kemarin.

Gubuk reot yang dibangun menggunakan potongan kayu seadanya pemberian warga ini, didiami sedikitnya 7 orang, termasuk salah seorang menantu Rahman, yang berprofesi sebagai nelayan.

Saat musim hujan tiba, tidak jarang Rahman dan keluarganya terpaksa tidur dalam kondisi kehujanan, lantaran atap gubuk yang seluruhnya berbahan dari daun rumbia sudah banyak yang bocor, “ Pokoknya kalau sudah hujan, kita biasa cari posisi yang masih aman, tapi tidak jarang terpaksa kehujanan karena sudah banyak atap yang bocor, meski sudah dilapisi plastik agar air hujan masih tembus “, ungkap Nur Aini sembari tertawa.

Atap gubuk reot milik Rahman, warga Desa Mammi, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, ditambal menggunakan plastik untuk mencegah air hujan masuk ke dalam ruangan Sabtu, (31/10/2020)

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, keluarga miskin ini sangat mengandalkan penghasilan Rahman sebagai pengemudi becak motor (bentor), “ Jumlahnya tidak seberapa, kadang 40 sampai 60 ribu perhari, kadang juga tidak ada muatan “, ungkap Rahman sambil menghela nafas.

Menurut Rahman, bentor yang dikemudikannya merupakan milik orang lain yang disewa, “ Bentonya punya orang, disewa 500 perbulan, rata-rata 17 ribu perhari “, ujarnya.

Diakui, tidak jarang dalam sehari, penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk membayar sewa bentor yang dipakai mencari nafkah, “ Biasa, penghasilan yang saya peroleh hanya cukup untuk membayar sewa bentor “, imbuh Rahman.

Kondisi yang serba sulit tersebut, apalagi di tengah pandemi virus corona, tidak jarang membuat keluarga miskin ini kehabisan bahan makanan dikonsumsi, “ Untungnya, karena masih ada tetangga dan keluarga yang berbaik hati, biasa memberi sedikit bantuan “, tutur Ida, salah seorang anak Rahman.

Rahman dan keluarganya, salah satu warga kurang mampu asal Desa Mammi, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, yang masih sangat membutuhkan bantuan pemerintah, Sabtu (31/10/2020).

Lanjut kata Ida, keluarganya juga mendapat bantuan pemerintah, melalui Program Keluarga Harapan (PKH), “ Setiap bulan kami mendapat bantuan bahan makanan, beras, ayam, telur dan lain-lain “, bebernya.

Ida menjelaskan, keluarganya pernah berharap mendapat bantuan bedah rumah dari pemerintah, agar memiliki hunian yang lebih layak, namun terkendala ketiadaan lahan milik pribadi, “ Karena katanya harus punya lahan sendiri, tidak boleh kalau lahan orang lain “, pungkasnya.

Rahman bersama istri dan anaknya sangat berharap, bisa mendapat bantuan untuk memperbaiki gubuknya yang semakin reot, agar lebih layak untuk ditinggali. Apalagi dalam waktu dekat, salah seorang anaknya akan segera melahirkan. (Thaya)

 

__Terbit pada
01/11/2020
__Kategori
Sosial