
Ibu Hamil di Tutar Melahirkan di Jalanan setelah Ditandu 20 KM karena Jalan Rusak
TUTAR ,- Seorang ibu hamil bernama Rani (35 tahun) di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, melahirkan dalam perjalanan ketika ditandu warga menuju Puskesmas terdekat. Rani terpaksa ditandu menuju Puskesmas karena akses jalan di kampung halamannya masih rusak parah dan sulit dilalui kendaraan.
“Saya sudah suruh pinjam mobil, tapi tidak bisa, karena itu hari pas hujan deras, baru jalannya begitu rusak parah, apalagi air sungai juga besar di sana,” kata Bidan Desa yang membantu proses persalinan, Sinar kepada wartawan, Kamis (30/03/2023).
Diketahui, Rani merupakan warga Dusun Kota, Desa Besoangin Utara, Kecamatan Tubbi Taramanu (Tutar).
Rani akhirnya melakukan persalinan darurat di tengah jalan, wilayah Dusun Kalamete, Desa Piriang Tapiko, Kecamatan Tutar, sekira pukul 23:00 WITA, Senin malam (27/3), setelah ditandu sejauh 20 kilometer (km).
“Kita berangkat sekitar jam sembilan malam, banyak yang antar, perjalanan sudah sekitar 20 kilo, akhirnya melahirkan,” ungkap Sinar.
Sinar mengatakan, sebelumnya telah menyarankan Rani agar persalinannya dilakukan di Puskesmas. Sebab, fasilitas di Pustu dikhawatirkan tidak memadai untuk membantu persalinan darurat.
“Awalnya ini saya memang pernah tujukan ke Puskesmas Tubbi, karena kondisi di Pustu tidak memadai, tapi ini pasien tidak mau,” ujarnya.
“Bahkan awalnya suaminya (Rani) yang datang memanggil saya ke rumahnya. Saya ajak ke Pustu tapi tidak mau, nanti emergency baru mau ke pustu,” sambungnya.
Meski dilakukan secara darurat dengan alat seadanya, Sinar mengungkapkan jika proses persalinan yang dijalani Rani berlangsung singkat dan lancar.
“Prosesnya tidak lama, sekitar lima menit. Dalam perjalanan ternyata sudah keluar bokongnya (bayi),” tuturnya.
Hanya saja setelah melakukan persalinan darurat itu, Rani dan bayinya tidak lagi dibawa ke Puskesmas untuk penanganan lebih lanjut. Pihak keluarga justru membawa Rani dan bayi laki-laki yang baru dilahirkannya ke rumah salah satu kerabat yang berada di tengah areal perkebunan.
“Di bawa ke rumah keluarganya di tengah kebun, mereka meminta seperti itu, jadi kita tidak bisa apa-apa,” tutup Sinar. (thaya)