
49 Murid SDN 011 Tumpiling Polman Ngungsi Belajar Takut Kelas Ambruk
POLEWALI MANDAR,- Sebanyak 49 murid SDN 011 Tumpiling di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, terpaksa mengungsi belajar lantaran takut kelas mereka ambruk. Sebabnya, plafon gypsum salah satu ruang kelas di sekolah ini sudah berjatuhan hingga merusak meja dan kursi.
Pantauan wartawan, sekira pukul 10:00 Wita di SDN 011 Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Sabtu (30/11), plafon ambruk terlihat pada ruang kelas II. Sisa plafon gypsun yang berjatuhan masih berserakan di dalam ruangan hingga menimpa meja dan kursi.
Tanda-tanda kerusakan plafon berbahan gypsum ini juga mulai terlihat pada ruang kelas I dan III. Akibatnya, proses belajar 14 orang murid kelas I, 21 orang murid kelas II dan 14 orang murid kelas III terpaksa dipindahkan ke tempat lain, memanfaatkan mushola, perpustakaan hingga kantin.
Diketahui, bangunan ruang kelas I, II dan III di sekolah ini direhab bersamaan menggunakan DAK (Dana Alokasi Khusus) tahun anggaran 2019.
“Ini langsung kita rapatkan, musyawarah dengan para guru karena ada kekhawatiran, jadi kita ambil kesimpulan mencari tempat belajar aman untuk anak-anak,” kata Kepala SDN 011 Tumpiling, Anwar kepada wartawan, Sabtu (30/09/2023).
Anwar menuturkan, ambruknya plafon ruang kelas II terjadi sekira pukul 10:00 Wita, Sabtu lalu (09/09). Plafon ambruk saat jam pelajaran sesaat setelah para murid diminta untuk segera meninggalkan ruang kelas.
“Awalnya sementara anak-anak proses belajar, terus gurunya sempat melihat ada tanda-tanda arah plafon. Langsung anak-anak diarahkan keluar (kelas) biar tidak ada korban,” ungkapnya.
Dia mengatakan, ambruknya plafon ruang kelas II diduga karena pengaruh getaran yang ditimbulkan lalu lalang kendaraan di depan sekolah. Posisi seluruh ruang kelas di sekolah ini tepat berada di sisi jalan Trans Sulawesi.
“Kalau mau melihat ke iklim, kami juga berdekatan dengan jalan poros, mungkin akibat getaran kalau ada mobil yang lewat karena sekolah kami sangat dekat dengan jalan raya, ditambah lagi angin,” ujar Anwar.
Lebih lanjut Anwar mengatakan, pihaknya belum melakukan pembersihan sisa plafon yang ambruk karena menunggu petunjuk dari dinas terkait. Meski peristiwa ambruknya plafon sudah cukup lama, Anwar mengaku enggan mengambil resiko membawa para murid kembali belajar di kelas.
“Sebenarnya ini sudah kita laporkan, tapi kita masih menunggu petunjuk, jangan sampai pihak dinas mau turun langsung untuk melihat kondisinya makanya belum dibersihkan, ” ujarnya.
“Kita juga tidak mau mengambil resiko mengembalikan para murid belajar di dalam kelas yang plafonnya ambruk, karena jangan sampai ada apa-apa, apalagi pada dua ruang kelas lain sudah terlihat ada tanda-tanda kerusakan, jangan sampai tiba-tiba ambruk saat murid sedang belajar,” sambungnya.
Anwar berharap pemerintah setempat segera memberikan perhatian dengan memperbaiki kerusakan kelas yang plafonnya sudah ambruk dan terancam ambruk, agar proses belajar murid di sekolah ini berjalan normal kembali.
“Harapan kami secepatnya ada perhatian agar bangunan kelas ini segera dibenahi, supaya proses belajar para murid bisa normal kembali seperti semula,” pungkasnya. (thaya)







