
Passauwang Mikke’deq, Potensi Terpendam di Desa Napo

Terbayang pula warga ramai di sekitar sumur. Antre sejak subuh hingga pagi, dan sore hingga magrib. Menunggu giliran mandi atau mengambil air untuk konsumsi di rumah. Para gadis desa yang bersarung hingga sebatas dada. Membawa perlengkapan mandi, sambil menenteng jeriken untuk diisi air dibawa pulang.
Warga setempat menyebutnya Passauwang Mikke’deq. Terjemahan sederhana dalam bahasa Indonesia, berarti sumur berdiri. Tidak sulit menjangkau lokasinya di bukit Legang, Desa Napo, Kecamatan Limboro. Dengan berjalan kaki sekira 200 meter dari jalan beton yang menghubungkan Desa Napo ke Desa Salarri. Waktu tempuh tidak lebih dari 15 menit dari ibukota Desa Napo, yang berjarak sekira 1,5 kilometer.
Passauwang Mikke’deq, menempel di dinding bukit di pinggir kali. Air kali mengalir deras disela-sela batu. Untuk melihat dari dekat, butuh kehati-hatian berjalan dengan kaki tenggelam dalam lumpur di dasar kali atau meniti batu kali yang berlumut. Licin.
Disebut Passuwang Mikke’deq, salah satu tokoh masyarakat Napo, H Mahmud, mengatakan namanya sejak dulu seperti itu. Apakah karena untuk mengambil air yang tergenang dalam lobang harus berdiri mendekati dinding bukit, atau ada makna lain ? “Entahlah, sejak dari dulu namanya begitu. Tidak pernah kita dengar para orang tua menyebut nama lain,” ujarnya, sambil tertawa.
Namun, seorang pengunjung dengan nada kelakar mencoba membuat penafsiran, bahwa kemungkinan air Passauwang Mikke’deq bisa dimanfaatkan untuk memastikan kelaki-lakian (kejantanan) kaum pria. Mikke’deq bahasa Indonesianya berdiri. Siapa tahu, dengan meminum air Passauwang Mikke’deq bisa menjadi solusi bagi yang kurang “jantan”. Hehehe.
Passauwang Mikke’deq, merupakan potensi terpendam yang dimiliki Desa Napo, untuk obyek wisata. Sepanjang tahun, airnya selalu jernih tergenang dalam lobang yang menempel di dinding bukit. Tempat air, terlihat seolah terbentuk semacam baskom dengan lingkaran sekira 30-an centimeter. Kedalaman tidak lebih dari 30 centimeter. Menurut H Mahmud, tokoh masyarakat Desa Napo, air di Passauwang Mikke’deq stabil sepanjang tahun. Selain selalu jernih, tidak pernah berlebihan atau berkurang. Apalagi habis, pun di musim kemarau. “Yang kita ketahui selama ini, biarpun musim hujan (airnya) tidak pernah penuh. Di musim kemarau juga tidak pernah kering,” cerita Mahmud, meyakinkan, Sabtu 15 Juni.
Menurut Mahmud, Passauwang Mikke’deq sudah menjadi salah satu sumber air untuk kebutuhan warga Napo dan desa sekitarnya. Air dialirkan melalui pipa yang dipasang proyek WSLIC (water supply and sanitation for low income communities), program bantuan Bank Dunia, beberapa tahun lalu. Selain itu, terdapat sumber air yang dikenal dengan nama Nandang, tidak jauh dari Passauwang Mikke’deq.
Passauwang Mikke’deq yang airnya jernih dan bersih sepanjang tahun. Dengan kapasitas yang stabil di musim hujan maupun kemarau, tidak berlebihan disebut keunikan tersendiri. Sehingga, perlu penelitian dan pengkajian untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam Desa Napo. Untuk hal ini, tentu butuh perhatian pihak terkait untuk melihat lebih dekat. Sebagai sumber air yang kapasitasnya stabil sepanjang tahun, diperlukan penelitian lebih jauh mengenai kapasitasnya dan kondisi air dari segi kesehatan. (m danial)