
Paskibraka
Oleh M Danial
AWALNYA hanya lima orang. Terdiri tiga putri dan dua putra. Sebagai perwakilan daerah di Indonesia. Ditugaskan menjadi pengibar bendera pusaka. Pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1946. Yang berlangsung di halaman Istana Presiden di Gedung Agung. Ketika itu, Ibukota RI dipindah sementara waktu ke Yogyakarta karena situasi Jakarta sedang genting. Penugasan lima pemuda-pemudi mengibarkan bendera pusaka itulah. Yang merupakan cikal bakal lahirnya Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Paskibraka selalu menjadi perhatian pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 setiap tahun. Karena merekalah yang mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tiang.
Dikutip dari Kompas.com yang melansir Sejarah Pembentukan Paskibraka dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Nokor 0065 Tahun 2015. Berawal saat Presiden Soekarno memanggil ajudannya, Mayor Husain Mutahar. Untuk mempersiapkan upacara kenegaraan peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI. Mutahar lalu berpikir untuk melaksanakan perintah Soekarno. Melaksanakan peringatan hari kemerdekaan untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa. Maka ditunjuklah lima orang sebagai pemuda-pemudi pilihan. Jumlah lima orang, melambangkan lima sila Pancasila sebagai dasar negara.
Setelah penyerahan kedaulatan RI dari Belanda pada 1949. Ibu kota Republik Indonesia dikembalikan ke Jakarta pada 1950. Mutahar pun kembali menangani Paskibraka ketika dipanggil Presiden ke-2 RI, Soeharto pada 1967. Perwira menengah TNI-AL itu lalu mengembangkan ide pelaksanaan pengibaran bendera pusaka pada tahun 1946. Ia membagi Paskibraka dengan tiga kelompok. Sesuai momen hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945. Yaitu kelompok 17 sebagai Pengiring atau Pemandu. Kelompok 8 sebagai Pembawa atau Inti, dan Kelompok 45 sebagai Pengawal.
Karena kondisi saat itu, Paskibraka hanya terdiri para putra daerah yang ada di Jakarta. Dan anggota Pramuka (ketika itu disebut Pandu) untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Pada peringatan HUT kemerdekaan tahun 1972. Paskibraka mulai melibatkan siswa-siswi SMA utusan 26 provinsi saat itu. Setiap provinsi diwakili sepasang remaja. Pada peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2018. Sebanyak 68 orang anggota Paskibraka dikukuhkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Paskibraka adalah pemuda-pemudi pilihan. Terlebih Paskibraka Nasional. Sebagai wakil dari semua provinsi sekaligus representasi Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu. Melambangkan kebersamaan dalam keberagaman. Itulah sebabnya menjadi Paskibraka menjadi dambaan para siswa-siswi se-nusantara. Menjadi Paskibraka merupakan kebanggaan. Kebahagiaan juga. Sedangkan bagi para orang tua Paskibraka, akan merasakan juga keharuan. Menyaksikan putra atau putrinya. menjadi bagian penting upacara yang sakral. Kiorahnya disaksikan langsung Presiden dan para petinggi negara. Belum lagi penghargaan dan apresiasi dalam berbagai bentuk bskal diperoleh.
Tapi, mewujudkan dambaan itu tidak mudah. Harus memenuhi berbagai persyaratan. Melalui seleksi yang ketat. Yang dilakukan secara berjenjang mulai tingkat sekolah, tingkat kecamatan, sampai tingkat nasional. Dua tahun sejak masa pandemi Covid-19. Setiap calon Paskibraka harus juga menjalani pemeriksaan. Untuk memastikan tidak terpapar virus corona.
Hasil pemeriksaan covid-19 calon Paskibraka Sulawesi Barat menjadi polemik yang seru. Viral di berbagai media sepanjang pekan kemarin. Menyedot perhatian banyak pihak. Menenggelamkan persoalan lain yang tidak kalah pentingnya. Terlewatkan dari sorotan publik. Polemik soal Paskibraka tersebut harus menjadi pelajaran bagi semua pihak. Menjadi momentum instrospeksi untuk lebih baik ke depan. Tidak mengabaikan kehati-hatian agar tidak tersandung. Persoalan sekecil apapun. (*)