MTs Sipamandar di Beroangin-Mapilli Butuh Perhatian Pemerintah
Suasana belajar para murid MTs Sipamandar yang masih memanfaatkan bangunan darurat sebagai kelas, Jumat (17/02/2023). ist

MTs Sipamandar di Beroangin-Mapilli Butuh Perhatian Pemerintah

MAPILLI,- Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sipamandar di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, membutuhkan perhatian pemerintah lantaran kekurangan bangunan kelas. Proses pembelajaran sebahagian murid terpaksa dilangsungkan dalam bangunan darurat dengan kondisi seadanya.

“Sudah sering saya mengajukan permohonan bantuan, tapi sampai sekarang belum ada, makanya proses belajar para murid masih seperti sekarang ini,”kata Ketua Yayasan MTs Sipamandar Abdul Rahman kepada wartawan, Jumat (17/02/2023).

MTs Sipamandar terletak di Desa Beroangin, Kecamatan Mapilli. Sekolah yang didirikan pada tahun 2015, memiliki sedikitnya 108 murid.

Proses pembelajaran sebagian murid dilangsungkan pada bangunan darurat berukuran sekira 4×12 meter, yang terbagi menjadi dua ruangan. Bangunan tersebut terbuat dari kayu berdinding papan seadanya, serta menggunakan seng bekas sebagai atap.

Dalam ruangan yang satu diantaranya masih berlantaikan tanah, para murid duduk secara berdempetan.

Sementara puluhan murid lainnya, mengikuti proses pembelajaran dalam ruangan yang dipersiapkan sebagai Mushola berukuran 8×8 meter.

Bangunan darurat yang dimanfaatkan sebagai kelas MTs Sipamandar di Desa Beroangin, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, Jumat (17/02/2023). ist

Rahman menyebut, bangunan darurat tempat muridnya mengikuti proses pembelajaran dibangun menggunakan dana pribadi. Sebelumnya, proses belajar ditempatkan pada rumah dinas guru sekolah dasar, hingga memanfaatkan bangunan kosong milik warga setempat.

“Awalnya kita numpang, pernah kita pinjam rumah dinas guru sekolah dasar, lalu kita memanfaatkan bangunan kosong milik warga, setelah itu kita mulai membangun kelas darurat apalagi jumlah murid makin banyak,”jelasnya.

Rahman mengaku sengaja mendirikan sekolah untuk mengantisipasi anak putus sekolah di daerah ini. Dia menyebut, awalnya banyak anak yang enggan melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya, karena akses ke lokasi pendidikan dianggap terlalu jauh.

“Alhamdulillah, pendirian sekolah ini mendapat sambutan antusias warga, begitu pula dengan anak-anak yang ingin bersekolah, karena dulunya mereka berpikir untuk lanjut sekolah karena katanya terlalu jauh,”tandasnya.

Rahman mengaku bersyukur, karena para murid di sekolahnya tetap semangat menuntut ilmu meski dalam kondisi serba terbatas.

“Satu kesyukuran, karena murid-murid tetap antusias, mereka tetap semangat belajar, walau kondisinya masih serba kekurangan,”pungkasnya.

Sementara salah satu murid bernama Ikbal mengungkapkan harapan kepada pemerintah, untuk memberi bantuan sarana dan prasarana pendidikan

“Semoga pemerintah memberi perhatian, agar kelak sekolah kami juga memiliki bangunan dan fasilitas pendidikan yang lebih memadai,”pungkasnya. (Thaya)

__Terbit pada
18/02/2023
__Kategori
Pendidikan