
Mengerikan Cerita Korban Selamat Dari Reruntuhan Tebing Batu di Tutar
Tutar,- Upaya pencarian jenazah Darmi (40 tahun), warga Desa Taramanu Tua, Kec.Tutar, Polman, akhirnya dihentikan petugas. Selain karena cuaca buruk, banyaknya bebatuan besar yang tidak memungkinkan untuk dibongkar menggunakan alat seadanya, memaksa petugas memutuskan menghentikan pencarian korban tersisa.
Bagaimana detik-detik ambruknya tebing batu di sisi sungai, hingga merenggut dua korban jiwa, menyisakan cerita mengerikan dari korban yang selamat.
Salah satunya Mahyuddin (36 tahun), yang masih bertetangga dengan kedua korban. Saat ditemui di rumahnya, Mahyuddin mengaku tidak bisa melupakan, bagaiman tebing batu yang biasa dilalui bersama warga lainnya, runtuh hingga nyaris merenggut nyawanya.
“ sangat cepat kejadiannya pak, awalnya terdengar suara gemuruh saat batu yang jatuh seukuran ember, tapi dalam hitungan detik, gunung batu itu langsung runtuh hingga menimbulkan suara sangat keras“ kisah Mahyuddin.
Saat kejadian, lanjut Mahyuddin, dirinya sempat melihat kedua korban berlari, namun karena reruntuhan batu di lokasi kejadian memanjang sejauh 50 meter, membuat korban gagal menyelamatkan diri “ sebenarnya Darmi dan Ida sempat lari, tapi posisinya sudah ditengah lokasi reruntuhan, membuat mereka gagal menyelamatkan diri, apalagi batu yang jatuh langsung memanjang di jalur yang biasa kita lewati pulang ke rumah “ ucapnya.
Kuatnya getaran yang ditimbulkan retuntuhan tebing batu ini, sempat membuat Mahyuddin dan sejumlah warga lainnya terhempas dan terjatuh ke dalam sungai “ sangat keras pak getarannya apalagi ukuran batu yang jatuh sangat besar, saya saja sampai jatuh masuk ke sungai, padahal jarak saya dengan pusat jatuhnya batu sekitar 50 meter “ jelas Mahyuddin.
Diakui Mahyuddin, selama ini ada dua jalur yang kerap dilalui warga sepulang dari kebun. Jalur mendaki melewati bagian sisi atas tebing batu dianggap paling aman untuk dilalui, namun harus ditempuh dengan waktu yang cukup lama “ namun karena hari itu, kita mau cepat sampai di rumah, apalagi kondisi air sungai sedikit surut, akhirya kita memutuskan melewati jalan di sisi sungai, di bawah tebing batu yang runtuh “ ungkapnya.
Pengakuan serupa juga dikatakan Ilham (15 tahun), salah satu anak yang ikut dalam rombongan pencari kemiri ini. Beruntung, saat kejadian, Ilham memilih melewati sisi sungai yang lain, sehingga terhindari dari bencana yang merenggut korban jiwa. Kendati, demikian, Ilham mengaku menyaksikan dengan jelas, bagaimana reruntuhan batu menimpa tubuh kedua korban “ sempatji mereka lari, tapi karena banyak sekali batu yang jatuh makanya tidak bisa selamat, badannya ida saya liat melayang setelah najatuhi batu, sementara darmi langsung hilang pas ada batu besar yang jatuh di atasnya“ tutur Ilham, saat ikut bersama polisi mendatangi lokasi kejadian, untuk membantu menunjukkan posisi korban Darmi yang jasadnya tidak ditemukan. (Thaya)