
Mampie dan Tukik
Catatan M Danial – Rabu sore, langit gelap pertanda hujan segera turun. Saya bergegas mempersiapkan diri, untuk bergabung dengan beberapa orang di Mampie. Sudah lama berniat ikut melepas tukik penyu di pantai yang dikenal sebagai salah satu obyek wisata di Polewali Mandar.
Seperti diketahui, penyu adalah satwa yang dilindungi. Karena semakin langka. Memiliki siklus kehidupan yang tidak diketahui oleh banyak orang. Sejak tukik penyu ditetaskan, harus mendapat perhatian khusus. Melalui serangkaian proses yang tidak mudah. Butuh pengetahuan dan keterampilan khusus. Juga kehati-hatian. Perlakuan khusus untuk bayi penyu itu, untuk melatih instingnya supaya bisa menjalani proses kehidupan secara utuh. Untuk menghasilkan keturunan.
Menurut Yursi, koordinator Sahabat Penyu Mampie, tukik setelah ditetaskan harus segera dikembalkan ke habitatnya, di laut. Melepasnya di pinggir pantai. Memberikan ruang merangkak dan berenang. “Tukik harus terhindar dari gangguan predator yang akan menjadi ancaman kehidupannya,” jelas Yusri. Predator dimaksud, seperti anjing, biawak, kepiting, atau kucing.
Saat kembali ke laut, tukik mengerahkan inderanya untuk merekam alam di sekitarnya. Setelah taat tiba saatnya, tukik yang sudah menjadi penyu dewasa dengan mudah menemukan jalan pulang ke pantai. Mengutip para ahli, Yusri menuturkan bahwa dari 1000 tukik yang menetas, paling hanya satu-dua yang bisa bertahan menjadi penyu dan hidup sampai dewasa.
Dalam masa menghanyutkan diri di laut, tukik akan bertumbuh hingga waktunya kembali mendekati pantai. Tempatnya dulu menetas. Tukik yang telah tumbuh sampai menjadi penyu dewasa pada usia 35 – 40 tahun, akan kawin dan bertelur di pantai. Proses itu akan berlangsung 3 sampai 7 kali dalam satu periode bertelur. Tukik kecil yang baru akan menetas dua bulan setelahnya. Itupun harus melalui pengalaman seperti yang sebelumnya dialami induknya. Begitulah siklus kehidupan penyu berulang kembali.
Belum banyak yang mengetahui, bahwa di pantai Mampie ada tempat konservasi penyu. Yang dilakukan Yusri dan kawan-kawan secara swadaya sejak beberapa tahun lalu. Tujuan utamanya, menyelamatkan penyu dari kepunahan.
Berawal dari keprihatinan terhadap penyu di pantai Mampie. Selalu menjadi perburuan warga. Mencari telur dan menangkap penyu untuk dikonsumsi dan diperdagangkan. Keprihatinan terhadap satwa laut itu menjadi langkah nyata dan hobby. Kemudian berlanjut menjadi keseriusan. Terbentuklah komunitas Sahabat Penyu yang dikomandani Yusri. Dia melakukan berbagai kegiatan sosialisasi perlindungan dan penyelamatan penyu.
Saban waktu, pantai Mampie sebagai obyek wisata menjadi tujuan kunjungan para tamu dari luar daerah. Kegiatan konservasi penyu di Mampie, menjadi salah satu agenda yang bersifat khusus. Walau kegiatan konservasi penyu masih tetap mengandalkan semangat sebagai modal utama, Yusri dan kawan-kawan dengan senang hati menyambut setiap kunjungan tamu pemerintah. “Paling tidak, itu bentuk kontribusi kami untuk daerah,” ujarnya. Menurut Yusri, perhatian pemerintah daerah terhadap konservasi penyu masih sebatas dukungan semangat. “Kami melihat belum menjadi prioritas,” ujar pemuda yang telah beberapa kali diundang menjadi pembicara mengenai pengalaman dan kiat konservasi penyu di tingkat nasional. Di setiap kegiatan, selalu membawa nama Polewali Mandar.