
Jalan dan Jembatan di Riso-Polman Hancur Diterjang Banjir, Warga Terpaksa Terobos Sungai
POLEWALI MANDAR,- Sejumlah warga di Desa Riso, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, harus bertaruh nyawa menerobos sungai berarus deras untuk melanjutkan aktivitas. Sebabnya, jalan dan jembatan yang selama ini mereka lalui untuk menyeberangi sungai, telah hancur akibat diterjang banjir.
“Mau tidak mau, warga terpaksa lewat sungai, karena jalan dan jembatan rusak akibat banjir,” kata Kepala Desa Riso, H Onang kepada wartawan, Jumat (19/05/2023).
Banjir luapan sungai Alapan yang menghancurkan jalan dan jembatan di desa ini, terjadi Kamis (04/05) lalu. Warga sempat melalui jalan alternatif, namun telah ditutup karena dianggap merusak kebun dan tanaman padi milik orang lain.
“Masalah ini kita sudah kita laporkan kepada pemerintah kabupaten, semoga segera mendapat perhatian, karena kondisinya sudah semakin memprihatinkan. Kemarin sempat ada jalan alternatif yang biasa dilalui, tetapi sudah ditutup karena melewati kebun dan sawah orang,” ungkap Onang.
Untuk diketahui, lebar sungai Alapan yang diseberangi warga sekira 80 meter. Sungai berbatu ini memiliki kedalaman berbeda-beda pada sejumlah titik. Pada jalur sungai yang biasa dilalui warga termasuk pelajar memiliki kedalaman 50 puluh centimeter.
Tidak sedikit warga yang terpaksa menggendong anaknya ketika hendak menyeberangi sungai untuk ke sekolah lantaran takut terseret arus sungai yang sewaktu-waktu dapat meluap.
Diakui Onang, jalan dan jembatan yang terputus merupakan akses utama menuju dua dusun. Yaitu Dusun Tondopata dan Dusun Rakasang.
“Akibat terputusnya jalan ini, ada dua dusun yang terisolir, kurang lebih dua ratus kepala keluarga,” tandasnya.
Sementara salah satu warga bernama Sitti Aminah, mengungkapkan kesulitan yang dirasakan akibat terputusnya jalan dan jembatan usai diterjang banjir.
“Sekarang sangat susah, karena kita tidak leluasa lagi jika ingin keluar ataupun kembali ke kampung. Apalagi untuk beli kebutuhan sehari-hari, tidak sebebas dulu lagi, terbatas barang kebutuhan yang bisa kita bawa pulang ke rumah, karena harus seberangi sungai yang selalu meluap,” tuturnya mengeluh.
Aminah berharap kepada pemerintah segera memperbaiki akses jalan dan jembatan menuju kampung halamannya. Diakui, kondisi saat ini membuatnya merasa takut, lantaran anaknya harus menyeberangi sungai jika ingin ke sekolah.
“Semoga pemerintah tidak tutup mata dengan kesulitan yang kami rasakan saat ini. Jujur kami sangat takut, apalagi melihat anak-anak yang setiap hari harus menyebrangi sungai untuk ke sekolah,” pungkasnya. (thaya)