
Tiga Kata
Oleh M Danial
Dalam kehidupan sehari-hari. Kita bertemu dan bergaul dengan orang lain. Salah satu kunci keberhasilan dalam interaksi sebagai makhluk sosial. Adalah komunikasi. Dan bagaimana menempatkan diri dalam pergaulan sebagai makhluk sosial. Cara berkomunikasi yang tepat akan membuahkan hasil yang sesuai harapan. Sebaliknya, faktor komunikasi bisa menyebabkan kesalahpahaman. Bahkan permusuhan.
Tanpa disadari. Ada tiga kata sederhana yang kerap terlupakan. Sebagai faktor penting dalam pergaulan. Yaitu, “tolong”, “maaf”, dan “terimakasih”. Mengucapkan tiga kata itu mudah. Namun, tidak semudah untuk dipraktikan. Banyak orang menganggapnya sepele. Tidak penting. Namun, sebenarnya memiliki efek positif dalam merawat keharmonisan pergaulan. Mengubah lawan menjadi kawan. Amarah menjadi kasih sayang. Rasa bencipun bisa berubah menjadi cinta.
Kita kerap abai. Bahwa meminta bantuan orang lain bisa dilakukan dengan cara santun. Mengawalinya dengan kata “tolong”. Pun kepada orang yang kedudukannya lebih rendah. Tidak akan merendahkan kedudukan yang meminta bantuan. Justru menandakan sikap saling menghormati.
Kata “tolong” menandakan kita menyadari kelemahan dan keterbatasan. Kata “tolong” juga akan menjadi energi positif bagi lawan bicara. Yang kita minta bantuannya akan termotivasi segera merespon dengan baik. Sesuai yang kita harapkan. Atasan yang memberi perintah ke bawahan dengan mengawali kata “tolong”. Akan memberikan efek psikologis yang berbeda. Jika memberi perintah tanpa efek motivasi sebagai bentuk penghargaan.
Dikutip dari beberapa referensi. Kata “tolong” mengandung kekuatan untuk mengubah pendirian seseorang. Kata “tolong” akan menjadikan seseorang merasa dihargai. Sehingga akan segera melakukan yang kita harapkan. Akan mengubah perasaan enggan menjadi ketulusan. Karena merasa dihargai.
Mengucapkan kata “maaf” memang tidak mudah dilakukan. Lantaran sifat ego sebagai manusia. Perasaan didominasi gengsi. Gengsi mengakui kesalahan. Tidak sedikit orang yang sebenarnya sadar melakukan kesalahan. Namun, mengalihkan kesalahan itu kepada orang lain. Membela diri dengan menyebut kambinghitam.
Sejatinya, kata “maaf” bisa menurunkan sifat ego dalam diri. Menyadari bahwa semua manusia berpotensi melakukan kesalahan. Yang diwujudkan dengan sikap merendah. Samasekali tidak akan merendahkan kedudukan dan status sosial. Minta “maaf” adalah bentuk saling menghargai. Jangan berharap berlebihan dihargai. Jika belum tergerak untuk belajar menghargai orang lain.
Kerap kita tidak menyadari. Mengabaikan hal baik yang orang lain lakukan kepada kita. Adalah sesuatu yang akan menghadirkan energi positif dalam diri kita. Nyatanya, kita kerap enggan mengakui kebaikan orang lain dan memberinya apresiasi. Untuk sekedar mengucapkan “terima kasih” pun atas bantuan orang lain. Kita kerap merasa terbebani. Beralasan. “Itu memang pekerjaan dia”, “Itu memang harus dia lakukan”, “Yang dilakukan karena kebaikan saya ke dia”.
Bentuk penghargaan atas hasil kerja atau bantuan seseorang tidak harus berupa materi. Bisa dengan cara sederhana dan mudah. Tidak dibayar juga. Yaitu mengucapkan “terimakasih”.
Sekecil apapun yang diberikan orang lain. Sebenarnya semua berharga sebagai bantuan buat kita. Kata “terimakasih” akan mengajarkan kita terbiasa menghargai bantuan atau peranan orang lain. Sekecil apapun itu. Pertanda kita memahami semua hal baik memiliki makna yang besar.
Kata “terimakasih” juga akan menjadi energi positif dan penyemangat bagi orang lain. Untuk melakukan yang lebih baik lagi. Tanpa menyatakan pujian. Ia akan makin bersemangat, karena merasa dihargai.
Menyadari kekuatan kata “tolong”, “maaf”, dan “terimakasih”. Dan menjadikan sebagai kebiasaan, tidaklah sulit. Tergantung pada diri setiap orang. Pada kemauan dan kesanggupan melakukannya. Mulai dari lingkup terkecil dalam keluarga. Lalu ditularkan dalam pergaulan sehari-hari.
Sayapun minta maaf jika tulisan ini tidak berkenan. Tolong saran dan masukan untuk perbaikan. Terimakasih untuk semuanya. (*)