
Tahun Baru, dari Maret menjadi Januari
SETIAP akhir tahun dan mengawali tahun baru atau pergantian tahun diwarnai dengan berbagai kegiatan. Di Indonesia, malam pergantian tahun dilaksanakan oleh yang merayakan mulai acara kecil-kecilan, seperti kumpul dengan keluarga dan kerabat, pesta kembang api dan terompet, hingga doa dan zikir bersama.
Ada pula acara refleksi akhir tahun dalam bentuk dialog dengan tema tertentu yang digelar pemerintah maupun organisasi atau komunitas masyarakat, hingga bentuk komitmen yang trend dengan istilah resolusi awal tahun untuk perubahan menjadi lebih baik.
Perayaan pergantian tahun adalah bentuk refleksi telah melewati putaran masa satu tahun sekaligus menandai hitungan tahun selanjutnya. Namun tidak banyak yang mengetahui sejarah pergantian tahun yang awalnya dirayakan pada musim semi di bulan Maret, menjadi 1 Januari sebagaimana yang kita ketahui sekarang.
Melansir Ensiklopedia Brittanica, perayaan tahun baru dikenal sejak zaman Mesopotamia 2000 tahun sebelum Masehi (SM) yang dilaksanakan oleh bangsa Babilonia setiap setelah musim semi. Saat itu, perayaan tahun baru digelar dalam bentuk festival yang disebut Akitu. Tapi bukan pada bulan Januari, melainkan di bulan Maret. Bagi mereka, tahun baru dalam kalender Romawi adalah pergantian musim mulai awal Maret.
Perubahan awal tahun dari Maret menjadi Januari dimulai pada era Raja Romawi, Numa Pompilius. Awalnya kalender Romawi terdiri sepuluh bulan atau 304 hari yang diciptakan oleh pendiri Roma, Romulus pada abad kedelapan SM. Pada masa pemerintahan Numa (715-673 SM), dilakukan perubahan kalender Romawi yang menetapkan Januari sebagai bulan pertama menggantikan bulan Maret.
Raja Numa pula yang menambahkan bulan Januarius dan Februarius. Menurut tradisi Romawi, Januari dinamai Janus, atau Dewa Romawi dari segala permulaan. Namun terdapat bukti bahwa 1 Januari tidak resmi dijadikan sebagai awal tahun baru Romawi hingga tahun 153 SM.
Pada 46 SM Jenderal dan Politikus Romawi, Julius Caesar memperkenalkan kalender Julian dengan sejumlah perubahan. Salah satunya mempertahankan 1 Januari sebagai tanggal pembukaan tahun. Tapi kalender Julian masih berubah karena terdapat kesalahan mengenai tahun kabisat dan perhitungan musim, termasuk penentuan tanggal Paskah.
Kemudian pada 1582 dilakukan revisi kalender oleh Paus Gregorius XIII dengan memperkenalkan kalender Gregorian yang memecahkan masalah tahun kabisat, dan memulihkan tanggal 1 Januari sebagai awal Tahun Baru. Kalender Gregorian kemudian diadopsi oleh Italia, Prancis, dan Spanyol.
Awalnya perubahan tersebut tidak diikuti oleh negara-negara Protestan dan Ortodoks. Begitupun Inggris Raya dan koloni Amerika yang masih merayakan tahun baru pada tanggal ekuinoks musim semi di bulan Maret. Seiring waktu, Inggris Raya dan koloninya mengadopsi pula kalender Gregorian mulai 1752 dengan menjadikan 1 Januari sebagai awal tahun. Selanjutnya kalender Gregorian menjadi acuan internasional untuk perjanjian, kesepakatan, kontrak perusahaan, dan dokumen hukum lainnya.
Tahun Baru penanggalan Masehi sebagaimana yang dikenal sekarang, pertama kali dirayakan pada 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah penobatan Julius Caesar sebagai Kaisar Roma yang memutuskan mengganti penanggalan tradisional Romawi yang diciptakan sejak abad ketujuh SM.
Julius Caesar mendesain penanggalan dibantu seorang ahli astronomi bernama Sosiegenes dari Iskandariyah, Mesir. Sosiegenes menyarankan agar penanggalan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan oleh orang Mesir Kuno.
Satu tahun dalam penanggalan baru dihitung sebanyak 365 hari seperempat hari, dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari.
Nama Januari merupakan nama dewa dalam mitologi Romawi, yaitu Dewa Janus yang memiliki dua wajah yang menghadap ke depan dan belakang. Penduduk Romawi meyakini Dewa Janus adalah adalah dewa permulaan sekaligus dewa penjaga pintu masuk.
Selain itu, Caesar memerintahkan agar setiap tahun, satu hari ditambahkan ke bulan Februari untuk menghindari penyimpangan dalam kalender baru. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya: Julius atau Juli. Kemudian nama bulan Sextilis diubah menjadi Agustus, sesuai nama Kaisar Augustus yang merupakan pengganti Julius Caesar.
Tahun Masehi baru dihitung dan ditetapkan sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret, yang mulai diadopsi di Eropa Barat pada sekira abad ke-8. Sejak itu, setiap tanggal 31 Desember digelar malam pergantian tahun di seluruh belahan dunia. (emdanial)