
SMK 1 Mamasa Gelar Lomba Ma’tenta untuk Lestarikan Permainan Tradisional
MAMASA,- Sorak-sorai dan tawa riang terdengar di halaman Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis (21/08). Para siswa tampak bersemangat dan antusias ikuti lomba lari yang digelar dalam rangka memeriahkan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke – 80 Republik Indonesia (RI).
Namun, bukan lomba lari biasa. Sebab, setiap siswa yang menjadi peserta wajib berlari menggunakan dua batang bambu. Oleh warga setempat dikenal dengan nama Ma’tenta.
Ma’tenta merupakan permainan tradisional warga di daerah ini yang mirip dengan bermain enggran. Meski tampak sederhana, tidak mudah berlari menggunakan dua batang bambu yang memiliki panjang masing-masing sekira 2 meter.
Selain dibutuhkan kekuatan, kemampuan melatih keseimbangan juga penting agar peserta dapat berdiri menggunakan batang bambu lalu berlari sejauh puluhan meter.
Walau banyak peserta yang berhasil menyelesaikan lomba dengan mulus, tidak sedikit pula yang menemui hambatan karena terjatuh hingga mengundang tawa penonton.
Meski begitu, para peserta yang terjatuh pantang menyerah. Mereka tetap berupaya bangkit untuk melanjutkan lomba. Apalagi, dentuman musik daerah terus mengiringi selama kegiatan berlangsung, seolah mampu membakar semangat peserta untuk terus melangkah maju hingga mencapai garis finis.
Dalam pelaksanaan lomba, beberapa siswa yang sudah mahir Ma’tenta juga tampak menunjukkan kebolehannya dengan berjoget menggunakan bambu sambil tetap melangkah maju, hingga membuat penonton semakin terhibur.
Kepala SMK Negeri 1 Mamasa Dominggus Ma’dika mengatakan, pelaksanaan lomba Ma’tenta bukan sekadar untuk memeriahkan HUT RI, tetapi juga sebagai upaya memperkenalkan dan melestarikan permainan tradisional.
Menurutnya, generasi muda kini semakin jarang mengenal permainan rakyat yang dulu begitu akrab dalam keseharian anak-anak di Mamasa.
“Dengan terlaksananya lomba ma’tenta ini, kami berharap siswa dapat menumbuhkan semangat mengisi kemerdekaan dengan tetap menjaga tradisi dan budaya daerah. Permainan seperti ini tidak hanya seru, tapi juga sarat makna tentang kebersamaan dan perjuangan,” ujar Dominggus.
Menurutnya, lomba ini juga menjadi cara untuk menumbuhkan semangat kekompakan dan sportifitas para siswa.
“Tidak hanya soal adu cepat, tetapi juga bagaimana menjaga kekompakan, berani mencoba hal baru, dan tetap menjunjung nilai sportivitas,” terang Dominggus.
Kemeriahan lomba Ma’tenta di SMK Negeri 1 Mamasa menjadi bukti bahwa perayaan kemerdekaan tidak hanya tentang bendera, upacara, dan lomba moderen. Lebih dari itu, menjadi ruang untuk merajut kebersamaan, menghidupkan kembali permainan tradisional, serta menanamkan rasa bangga pada identitas lokal.
Sebab, bagi masyarakat Mamasa, Ma’tenta bukan sekadar permainan, melainkan bagian dari warisan budaya yang mengajarkan ketangkasan dan daya juang.
Dengan dihidupkan kembali dalam momen bersejarah seperti HUT RI ke-80, permainan ini sekaligus menjadi simbol bahwa kemerdekaan harus diisi dengan menjaga nilai-nilai luhur bangsa, termasuk budaya yang diwariskan oleh leluhur. (fren/thaya)







