Senyum Kallotong dan Mulia di Arabua-Tutar, kini Punya Hunian Layak
Pasutri Kallotong dan Mulia warga Desa Arabua, Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Jumat (19/05/2023).

Senyum Kallotong dan Mulia di Arabua-Tutar, kini Punya Hunian Layak

POLEWALI MANDAR,- Senyum bahagia terpancar di wajah pasangan suami istri berusia lanjut Kallotong (80 tahun) dan Mulia (70 tahun) warga Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Betapa tidak, keduanya kini memiliki hunian layak bantuan pemerintah. Sebelumnya mereka harus menjalani hidup dalam gubuk reot yang nyaris ambruk.

“Saya sangat bahagia. Salama ini saya tidak pernah membayangkan akan memiliki rumah yang lebih baik seperti sekarang,” kata Kallotong saat dijumpai wartawan, Jumat sore (19/05/2023).

Kallotong dan istrinya Mulia merupakan warga Desa Arabua, Kecamatan Tubbi Taramanu (Tutar). Puluhan tahun keduanya hidup dalam kondisi memprihatinkan di tengah areal perkebunan yang jauh dari pemukiman warga setempat.

Kisah keduanya viral usai diberitakan sejumlah media pada awal Januari tahun 2022 lalu.

Kallotong dan Mulia lantas mendapat perhatian dari sejumlah pihak. Termasuk Bupati Polewali Mandar Andi Ibrahim Masdar, yang saat itu rela bersusah payah berkunjung dan melihat langsung kondisinya.

Dalam kunjungannya itu, Bupati Andi Ibrahim Masdar dikabarkan menjanjikan akan memperbaiki rumah Kallotong dan Mulia yang nyaris ambruk. Usai kunjungan Bupati Andi Ibrahim Masdar, pemerintah desa setempat langsung memulai pembangunan rumah layak untuk Kallotong dan Mulia.

Meski sempat diragukan karena prosesnya yang cukup lama, pembangunan rumah berbahan kayu itu akhirnya rampung sebelum awal bulan ramadhan 1444 Hijriah.

Rumah tersebut berbentuk huruf L. Pada bagian depan yang difungsikan sebagai ruang tamu berukuran sekira 3 x 3 meter dan berlantaikan semen. Sementara pada bagian belakang berukuran 2 x 5 meter berlantaikan papan, difungsikan sebagai dapur sekaligus toilet yang juga hanya berdindingkan papan. Rumah bantuan ini tidak memiliki kamar, layaknya dalam program bedah rumah pemerintah.

“Tapi saya tetap bersyukur atas kepedulian pemerintah yang telah membantu. Sekarang saya punya rumah baru yang lebih layak juga dekat dengan kampung,” ungkap Kallotong sembari tertawa.

Untuk diketahui, Kallotong dan Mulia tidak hanya mendapat batuan rumah layak, tetapi juga sejumlah donasi yang terkumpul dari orang-orang baik. Donasi tersebut dimanfaatkan untuk membeli aneka kebutuhan. Diantaranya perabot rumah tangga hingga kebutuhan sehari-hari.

“Syukur Alhamdulillah, sekarang kondisi kami sudah lebih baik, berkat kepedulian orang-orang baik. Pas mau puasa saya pindah ke sini, terima kasih buat semuanya yang telah membantu,” tutup Kallotong.

Sebelumnya diberitakan, sepasang suami istri (pasutri) berusia lanjut di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, hidup memprihatinkan di tengah kawasan hutan. Sehari-hari, keduanya harus bertahan hidup dalam belitan kemiskinan dan tinggal di gubuk reot berukuran 3,3 meter yang nyaris ambruk.

“Sudah lebih 20 tahun tinggal di sini, sejak tahun 1998. Kami memilih tinggal di sini karena kita pergi cari penghidupan, tapi ternyata kondisi kami tidak banyak berubah hingga seperti sekarang ini,”ujar Kallotong kepada wartawan yang berkunjung, Rabu siang (05/01/2022).

Pasutri lansia Kallotong dan Mulia, sebenarnya memiliki sepetak lahan. Ditanami Kakao dan ubi kayu sebagai tumpuan utama untuk penuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sayangnya, sejak beberapa tahun, buah kakao yang ditanam kerap diserang hama tikus. Pun demikian dengan tanaman ubi yang justru menjadi sasaran babi hutan.

Kallotong yang sudah renta, mengaku tidak dapat lagi berbuat banyak untuk mengantisipasi serangan kedua hama itu. Dia hanya dapat pasrah, lantaran tenaganya tidak sekuat dulu lagi.

“Mau bagaimana lagi, saya hanya bisa pasrah. Buah kakao yang ada habis dimakan tikus, tanaman ubi juga selalu diserang hama babi,”ungkapnya lirih.

Beban hidup yang dipikul Kallotong kian berat, lantaran harus mengambil seluruh peran dalam rumah tangga, termasuk memasak, membersihkan, hingga mengurus gubuk reot yang ditempatinya. Sudah tiga tahun lamanya, sang istri Mulia menderita kebutaan pada kedua matanya.

“Sudah tiga tahun dia (Mulia) buta pada kedua matanya. Tidak pernah diperiksakan ke dokter karena tidak uang,”tutur Kallotong.

Agar memudahkan Mulia ketika hendak turun dari rumah, Kallotong membuat pegangan dari bambu dan memasang papan kayu di tanah. Papan yang diletakkan di tanah, menjadi petunjuk bagi Mulia saat melangkahkan kaki.

Karena harus menjalani hidup di rumah reot yang nyaris ambruk, membuat pasutri malang ini kerap dihantui rasa takut. Pasalnya, rumah mereka terancam roboh, sebagian tiangnya patah karena lapuk.

Sering kali Kallotong harus menguras sisa tenaganya, memikul kayu berukuran besar, untuk menopang tiang rumah dan kayu penyangga lantai yang sudah patah.

Tidak jarang keduanya juga harus menghabiskan malam dalam kondisi basah kuyup, lantaran sebagian atap rumahnya sudah bocor.

Kallotong dan Mulia sebenarnya memiliki tiga orang anak. Kedua anak wanitanya sudah berkeluarga dan tinggal di tempat lain. Sementara seorang anak lelakinya, sudah lama merantau di Malaysia. (thaya)

__Terbit pada
19/05/2023
__Kategori
Sosial