Cerita Asri Azis, Berdayakan Warga Melalui Budidaya Jamur Tiram di Polman
Pembudidaya jamur tiram bernama Muh. Asri Azis (29 tahun), warga Desa Kuajang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar.

Cerita Asri Azis, Berdayakan Warga Melalui Budidaya Jamur Tiram di Polman

POLEWALI MANDAR,- Pria bernama Muh Asri Azis di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sukses membudidayakan jamur tiram dengan omset jutaan rupiah perbulan. Dirinya juga memberdayakan banyak warga yang sempat menganggap jamur tiram sebagai tanaman beracun.

“Anggapan pertama pada saat kami perkenalkan jamur tiram di masyarakat, hal pertama yang dikatakan apakah ini bisa dikonsumsi apakah ini beracun, dan segala macam, artinya di situ kami lihat ternyata edukasi tentang jamur masih kurang,”kata Asri Azis saat dijumpai wartawan di rumahnya, Jumat (4/11/2022).

Usaha budidaya jamur tiram yang ditekuni Asri Azis dimulai pada tahun 2018 lalu. Berawal dari keprihatinan melihat banyak pemuda meninggalkan kampung karena karena minim lapangan kerja. Kondisi tersebut memotivasinya untuk membuka usaha agar dapat menciptakan lapangan kerja.

“Ada beberapa faktor sehingga usaha ini saya dirikan, pertama ingin mendalami dunia usaha yang semakin terbuka lebar, kedua kita ingin juga menyerap tenaga kerja,”ungkap pria berusia 29 tahun ini.

Berbekal keyakinan dan tekad kuat, Asri Azis akhirnya membangun rumah budidaya memanfaatkan sepetak lahan kosong di samping rumahnya di Desa Kuajang, Kecamatan Binuang. Segala biaya yang dibutuhkan dalam proses budidaya, diperoleh dari keluarga yang juga sempat meragukan usahanya.

“Salah satu tantangan terberatnya juga berasal dari keluarga, apalagi mereka sempat meragukan, tapi dengan modal keyakinan dan tekad saya berusaha meyakinkan hingga seperti saat ini,”ujarnya.

Rumah budidaya jamur tiram milik Muh. Asri Azis (29 tahun), warga Desa Kuajang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar.

Pria dua anak ini mengungkapkan, budidaya jamur tiram tergolong mudah dilakukan. Apalagi media tanam yang diperlukan, menggunakan serbuk kayu hasil gergaji yang biasanya menjadi limbah. Serbuk kayu tersebut dicampur dengan sejumlah bahan, kemudian melalui proses sterilisasi dengan system penguapan, kemudian disiapkan menjadi media pembibitan, lalu dipindahkan ke ruang inkubasi. Setiap media tanam mampu berproduksi selama tiga bulan. Setelah itu, media tanam dapat dimanfaatkan sebagai campuran kompos.

Setidaknya dalam sehari, rumah budidaya berukuran 7×8 meter yang dikelola Asri Azis mampu menghasilkan sedikitnya 15 kilogram jamur tiram per hari. Untuk setiap kilogram jamur yang telah dipasarkan ke sejumlah daerah, dijual seharga 35 ribu rupiah per kilogram.

“Kalau omset kita masih di kisaran 10 juta perbulan, jadi hasil dari itu kemudian kita kembali putar, untuk memperbanyak basis-basis bibit jamur tiram kita, sehingga produksinya itu bisa berkelanjutan, itu yang kita harapkan seperti itu,”bebernya.

Menurut Asri Azis, pemasaran budidaya jamur tiram yang ditekuninya, dilakukan dari hulu ke hilir. Selain memasarkan jamur segar maupun dalam bentuk olahan, dirinya juga memasarkan bibit hingga media tanam jamur. Diakui, system pemasaran dengan cara tersebut, lebih cepat menarik perhatian. Tidak mengherankan, permintaan tidak hanya datang dari warga setempat saja, tetapi juga dari luar daerah.

“Kita bergerak dari hulu hingga hilir, mulai dari membuat bibit, atau memasarkan media tanam jamur, sampai memasarkan produk jamur tiram segar, kita juga memasarkan produk olahan ada nugget jamur tiram, ada jamur tiram krispi, kripik jamur tiram, samosa jamur tiram, dan lain sebagainya, ke depan kami berencana membuat pengganti micin atau penyedap rasa dari jamur itu yang ingin kami capai,”bebernya bersemangat.

Jamur tiram hasil budidaya yang telah dipasarkan ke sejumlah daerah.

Meski sempat dihantam pandemi COVID-19, seiring berjalannya waktu, budidaya jamur tiram yang ditekuni Asri Azis semakin berkembang. Dirinya kemudian berupaya memperkenalkan jamur tiram kepada masyarakat luas, agar menekuni usaha serupa untuk meningkatkan perekonomian keluarga.

“Strategi yang kami lakukan saat itu agar jamur ini mudah diterima masyarakat, kami membuat olahan makanan, samosa yang biasanya diisi daging ikan, kami buat dengan isian jamur, sehingga masyarakat mulai yakin jika jamur tiram itu tidak beracun,”jelasnya.

Upayanya tersebut berbuah manis. Hingga saat ini Asri Azis telah berhasil membentuk sedikitnya 9 KWT (Kelompok Wanita Tani) yang tersebar pada sejumlah daerah, dan ikut menekuni kegiatan budidaya jamur tiram.

“Alhamdulillah, kami sudah memiliki binaan di beberapa Desa di Sulawesi Barat, rata-rata anggota kelompok dalam satu KWT berjumlah 25 orang, terhitung saat ini kami sudah memiliki 9 binaan KWT,”tutur Asri Azis bangga.

Menurutnya, hasil budidaya jamur tiram para anggota KWT tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga dikirim ke sejumlah daerah, seperti Sulawesi Selatan hingga Kalimantan.

“Untuk jangkauan pasar kami sudah sampai pulau Kalimantan, dan yang terpenting, hasilnya bisa menambah penghasilan sehari-hari, untuk meningkatkan perekonomian keluarga,”tutupnya bangga. (thaya)

__Terbit pada
06/11/2022
__Kategori
Inspirasi