
Pilu Lansia di Luyo Puluhan Tahun Rawat ODGJ Terpasung
LUYO,- Pria berinisial BD (50 tahun) warga Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa dipasung keluarganya lantaran kerap mengamuk hingga sempat membakar tiga rumah warga. Sudah puluhan tahun BD yang merupakan seorang ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) menjalani hidupnya dengan kondisi memprihatinkan, dalam perawatan sang ibu bernama Sima (82 tahun) yang juga sudah sakit-sakitan.
“Sudah puluhan tahun, mungkin sekitar 20 puluh tahunan dipasung, karena selalu mengamuk, bawa parang, makanya orang takut, apalagi sudah bakar tiga rumah,”kata Sima kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
BD dipasung dalam ruangan terbuka berukuran 3×4 meter, pada bagian belakang rumah panggung milik orang tuanya. Salah satu kakinya dirantai kemudian dipasung menggunakan sepotong kayu berukuran satu meter. Kodisi tersebut membuatnya kesulitan bergerak. Sesekali BD berteriak meminta makan, karena merasa lapar.
“Roti…roti….roti…mintaka roti,”teriak BD waktu itu.
Sima mengungkapkan, gangguan kejiwaan yang dialami BD terjadi saat merantau di Malaysia. Meski begitu, Sima tidak mengetahui penyebab BD yang berangkat merantau dalam kondisi sehat, tiba-tiba mengalami gangguan kejiwaan.
“Dia lama di Malaysia, tidak tau apa kerjanya, dikirim ke sini, karena begitu kondisinya (gangguan kejiwaan),”ujarnya.
Meski sudah puluhan tahun hidup dalam pasungan, Sima mengaku tidak pernah membawa BD ke rumah sakit untuk jalani perawatan. Diirinya khawatir BD akan semakin mengamuk hingga melukai orang lain jika dilepas dari pasungan.
“Tidak pernah dibawa ke rumah sakit karena orang takut jangan sampai lepas,”tuturnya.
“Apalagi saya juga pernah dilempar pakai piring, karena telat diberi makan,”sambung Sima.
Akibatnya, Sima yang sudah sakit-sakitan hanya dapat pasrah membiarkan BD menjalani hari-harinya dengan kondisi memprihatinkan dalam pasungan. Dengan usia yang tidak lagi muda, Sima harus rela meluangkan banyak waktu untuk mengurus segela kebutuhan BD, yang kesulitan beraktifitas tanpa bantuan orang lain.
“Harus diurus, mulai dari mandi sampai buang kotoran,”terang Sima yang saat itu terbaring lemah.
Salah satu cucu Sima bernama Maafirah membenarkan jika keluarganya enggan membawa BD ke rumah sakit lantaran merasa khawatir. Meski begitu, Maafirah mengaku selama ini keluarganya rutin berkunjung untuk membantu Sima merawat BD.
“Selaluji keluarga datang untuk melihat kondisinya, tetapi keluarga masih takut kalau mau dibawa ke rumah sakit, jangan sampai terlepas dan kembali mengamuk, apalagi jika sampai melukai orang lain,”tandasnya.
Sementara itu, pemerhati ODGJ dari Yayasan Mandar Indonesia (Yamando), Fredy Akbar mengaku telah berulang kali meminta pihak keluarga membawa BD ke rumah sakit, agar mendapat penanganan lebih lanjut.
“Hanya saja pihak keluarga belum ada yang bersedia, dengan berbagai macam alasan, salah satunya takut jika BD terlepas dan kembali mengamuk,”ungkap Fredy kepada wartawan.
Fredy mengaku tidak dapat berbuat banyak. Dirinya hanya dapat melakukan kunjungan rutin untuk memeriksa kondisi BD, termasuk membersihkan kondisi sekitarnya.
“Saat ini hanya sebatas langkah itu yang dapat kami lakukan, harapannya pihak keluarga berubah pikiran dan bersedia membawa BD ke rumah sakit,”imbuhnya.
Ditegaskan Fredy, pemasungan tidak akan membuat ODGJ menjadi sembuh. Sebaliknya akan membuat kondisinya semakin parah. Untuk itu Fredy berharap dukungan dari seluruh warga agar BD bisa dibawa ke rumah sakit.
“Orang sehat saja jika dikurung bisa menjadi sakit, bagaimana dengan ODGJ yang sepanjang waktu kesulitan beraktivitas, karena ruang geraknya dibatasi dengan pemasungan,”pungkas Fredy meyakinkan. (Thaya)