Foto Fredy Akbar. (ist)

ODGJ Membacok Warga Wonomulyo: Alarm Bagi Sistem Kesehatan Jiwa Kita

Oleh: Fredy Akbar 
Dosen Keperawatan dan Pemerhati Kesehatan Jiwa Komunitas

Insiden tragis kembali mengguncang Polewali Mandar. Siang hari, Minggu 1 Juni 2025, seorang pria membacok dua warga di depan kios dekat Nike Ardila, Wonomulyo. Satu orang tewas, satu lainnya luka-luka. Pelaku yang diduga mengalami gangguan jiwa kini telah diamankan oleh polisi.

Banyak warga kaget. Ada juga yang mulai ketakutan. Tapi sebagai tenaga pendidik dan pemerhati kesehatan jiwa, saya justru bertanya: *di mana sistem deteksi dini kita? Siapa yang seharusnya menjaga ODGJ agar tetap dalam pengobatan dan pengawasan?*

*Kita Tidak Boleh Bungkam*

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) bukan penjahat. Mereka adalah warga kita sendiri—yang sakit dan butuh bantuan. Tapi bila tidak ditangani dengan benar, potensi kekambuhan bisa terjadi. Terutama jika mereka putus obat, tidak diawasi, atau tidak mendapat dukungan keluarga dan lingkungan.

Insiden Wonomulyo bukan pertama kalinya ODGJ menjadi pelaku kekerasan. Tapi setiap kali itu terjadi, kita hanya menyalahkan orangnya, bukan sistemnya.
Petugas Jiwa Puskesmas Tidak Bisa Jalan Sendiri*

Sebagian besar Puskesmas di Sulawesi Barat sudah punya petugas jiwa. Tapi banyak dari mereka harus menangani puluhan bahkan ratusan ODGJ seorang diri. Belum lagi beban administrasi dan program lainnya.

*Apakah adil membebankan satu petugas untuk masalah sebesar ini?*

Desa juga seringkali belum terlibat aktif. Belum ada anggaran khusus dari Dana Desa untuk mendampingi ODGJ. Padahal mereka tinggal dan hidup di desa. Ketika krisis seperti ini meledak, semua kaget, semua panik—karena memang tidak ada sistem pencegahan yang jalan.

Sudah Saatnya Ada Satgas Jiwa Desa

Insiden ini harus menjadi peringatan. Setiap desa seharusnya membentuk Satgas Jiwa yang melibatkan kader, tokoh masyarakat, Puskesmas, dan Bhabinkamtibmas. Tugasnya jelas: mendeteksi dini, mengawasi minum obat, mendampingi keluarga, dan memberikan edukasi.

Puskesmas juga harus lebih diperkuat. Mereka tidak hanya butuh pelatihan, tapi juga dukungan dana operasional dan kolaborasi lintas sektor. Kampanye kesehatan jiwa juga harus lebih digencarkan—bukan hanya saat Hari Kesehatan Jiwa Sedunia saja.

Jangan Tunggu Korban Lagi

Kita semua berduka. Tapi jangan biarkan tragedi ini lewat begitu saja. Jangan biarkan satu nyawa hilang sia-sia karena negara dan masyarakat lalai hadir. ODGJ bisa pulih, bisa produktif, dan bisa hidup damai bersama kita jika sistemnya benar.

Mari kita ubah cara pandang. Bukan menjauhi ODGJ, tapi merangkul dan merawat mereka dengan sistem yang kuat, adil, dan manusiawi. (*)

__Terbit pada
01/06/2025
__Kategori
Opini