Home / Sosial / Mengenang 18 Tahun Kecelakaan Pesawat Adam Air, Sempat Dikabarkan Tabrak Gunung di Polman

Mengenang 18 Tahun Kecelakaan Pesawat Adam Air, Sempat Dikabarkan Tabrak Gunung di Polman

Pesawat Adam Air dari Surabaya tujuan Manado dilaporkan hilang di perairan Selat Makassar, 1 Januari 2007. Hingga saat ini seluruh korban dan bangkai pesawat belum ditemukan. (int)

POLEWALI MANDAR,- 18 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 1 Januari 2007, terjadi kecelakaan pesawat Adam Air yang menewaskan seluruh penumpang dan awak berjumlah 102 orang.

Awalnya pesawat dengan nomor penerbangan KI-574 itu dilaporkan menabrak pegunungan di desa Rangoan, Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, kurang lebih 250 kilometer dari Makassar. Belakangan kabar tersebut diralat otoritas berwenanng.

Pesawat jenis Boeing 737-400 tersebut lalu dikabarkan jatuh dan tenggelam di Selat Makassar, sekitar perairan Majene, Sulawesi Barat.

Saat itu, proses pencarian korban dan bangkai pesawat Adam Air, dilakukan dengan berbagai macam cara. Tidak hanya dengan mengerahkan peralatan canggih juga melibatkan paranormal.

Paranormal tersebut berdatangan dari sejumlah daerah. Mereka ada yang datang secara sukarela, dan ada pula diboyong oleh keluarga korban.

Pemerintah setempat juga menggelar sejumlah ritual termasuk menyembelih hewan seperti sapi, dengan harapan korban dan bangkai pesawat Adam Air dapat segera ditemukan.

Namun, sampai sekarang ini, korban maupun bangkai pesawat Adam Air belum juga ditemukan.

Kilas Balik Jatuhnya Pesawat Adam Air

Dikutip dari laman tempo.co, pesawat dometik Adam Air jurusan Jakarta-Surabaya-Manado itu lepas landas di Bandara Juanda (SUB), Surabaya sekira pukul l 12.55 WIB.

Setelah transit di Bandara Juanda, pesawat tersebut terbang menuju Bandara Sam Ratulangi (MDC) Manado dan diperkirakan tiba pukul 16:14 WITA.

Pesawat yang membawa 96 penumpang dan 6 awak itu lalu dikabarkan hilang setelah putus kontak dengan pengatur lalu-lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin Makassar sekira pukul 14:53 WITA.

Posisi akhir pesawat saat itu tercatat berada pada jarak 85 mil laut barat laut Kota Makassar pada ketinggian 35.000 kaki.

Pesawat Adam Air tersebut lalu diduga jatuh pada koordinat 3°13′92″LS,119°9′17″BT berdasarkan sinyal darurat yang diterima sistem pendeteksi sinyal darurat milik Singapura.

Sinyal lokator suar darurat pesawat (ELBA) dari burung besi nahas itu kemudian juga diterima oleh radar Bandara Hasanuddin Makasar pada pukul 22:00 WITA.

Keesokan harinya, instansi berwenang termasuk Menteri Perhubungan Hatta Rajasa dan Koordinator tim SAR Marsekal Udara Pertama Eddy Suyanto mengumumkan bahwa pesawat sudah ditemukan.

Adam Air dilaporkan menabrak pegunungan di ketinggian 8.000 kaki di desa Rangoan, Sulawesi Barat, kurang lebih 250 kilometer dari Makassar. Kabar itu juga menginformasikan bahwa sebanyak 90 korban tewas. Sementara 12 orang lainnya belum ditemukan.

Namun, tim SAR yang melakukan pencarian tidak menemukan bangkai pesawat pada lokasi tersebut. Informasi penemuan korban dan bangkai pesawat Adam Air ini akhirnya diralat, Otoritas kemudian meminta maaf atas kesimpangsiuran informasi.

Secara rinci, pesawat Adam Air Penerbangan 574 membawa 96 orang penumpang. Terdiri dari 85 dewasa, 7 anak-anak dan 4 bayi. Dipiloti oleh Kapten Refri Agustian Widodo dan co-pilot Yoga Susanto, disertai pramugari Verawati Chatarina, Dina Oktarina, Nining Iriyani dan Ratih Sekar Sari. Pesawat tersebut juga membawa 3 warga Amerika Serikat.

Setelah 7 bulan pesawat dinyatakan hilang, kotak hitam Adam Air Penerbangan 574 akhirnya ditemukan pada 27 Agustus. Benda tersebut diitemukan di perairan Majene, Sulawesi Barat pada pukul 12.19 WIB. Selain perekam data penerbangan atau FDR ini, juga ditemukan perekam suara kokpit di kedalaman 2.000 meter.

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT Tatang Kurniadi memastikan dalam penemuan kotak hitam Adam Air di perairan Majene, Sulawesi Barat itu, tidak ditemukan serpihan-serpihan bekas tubuh manusia. Adapun Pencarian dan pengangkatan kotak hitam pesawat dari dasar laut ini, dilaporkan memakan biaya lebih dari Rp 27 miliar.

Setelah 14 bulan kemudian pasca-insiden, pada Selasa, 25 Maret 2008 KNKT mengumumkan kesimpulan mereka bahwa kecelakaan pesawat Adam Air pada Januari 2007 dipicu adanya penyimpangan pada sistem navigasi di pesawat. Fokus konsentrasi pilot pada malfungsi IRS mengalihkan perhatian terhadap instrumen lain sehingga pesawat lepas kendali.

Tatang Kurniadi menjelaskan, dalam rangka tindakan koreksi sistem navigasi, IRS Mode Selector Unit Nomor 2 (kanan) dialihkan ke posisi mode attitude (ATT). Akibatnya, automatic pilot tidak berfungsi, setir kemudi netral di tengah dan pesawat mulai miring ke kanan. Suara peringatan Bank Angle mulai terdengar saat pesawat miring ke kanan melewati 35 derajat.

Tapi hingga 100 derajat, kata Tatang, pilot tidak melakukan roll agar kembali normal. Dalam posisi demikian, pesawat diupayakan naik lagi (nose up). Pada kecepatan Mach 0,926, pesawat mengalami kerusakan struktur signifikan. Tekanan penerbangan berubah cepat dari positive 3,5g menjadi negatif 2,8g.

“Saat itu pesawat kritis tidak dapat dikendalikan,” ujar Tatang dalam paparan di kantor Departemen Perhubungan, saat itu. (thaya)

 

Tag:
error: Konten terlindungi !!