BH, ODGJ asal Desa Puccadi, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, terpaksa menjalani hidup dalam kurungan.

Memprihatinkan, ODGJ di Luyo Dikurung dalam Jeruji dekat Kandang Ayam

LUYO,- Seorang pemuda berinisial BH, warga Desa Puccadi, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, harus menjalani hidup dalam kondisi memprihatinkan. Karena kerap mengamuk hingga meresahkan warga setempat, BH terpaksa dikurung dalam jeruji besi berdekatan kandang ayam yang kotor dan jorok.Sebelumnya, BH dipasung menggunakan balok kayu, namun berhasil meloloskan diri.

“Dikurung karena biasa berteriak, bawa parang, akhirnya tetangga takut semua, apalagi suka mengamuk. Pernah juga dipasung, tapi lepas, makanya dibuatkan kurungan jeruji besi,”ungkap sepupu BH, Samadia kepada wartawan, Selasa (08/03/2022)

Menurut Samadia, sudah lebih 10 tahun BH divonis sebagai ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Kendati telah berulang kali dibawa ke Rumah Sakit untuk jalani pengobatan, kondisi pemuda berusia 35 tahun ini tidak juga membaik. Karena itu, sejak setahun terakhir, BH terpaksa dikurung.

“Sudah sering dibawa ke Rumah Sakit. Keluarga juga sudah berkeliling cari orang pintar untuk obati, namun tidak mampan. Kondisi BH masih seperti sekarang,”tuturnya.

Samadia menceritakan awal mula perubahan perilaku BH hingga membuatnya harus menjalani hidup dalam kurungan. Bermula ketika BH pulang bekerja dari daerah pegunungan. Kepada keluarga, BH sempat bercerita, bahwa dirinya terkena guna-guna dari wanita yang menaksirnya.

“Setelah dari gunung mulai sakit. Katanya pernah ada yang suka sama dia, tapi ditolak. Sejak saat itu mulai sakit, tidak waras,”terang Samadia sembari menyeka air matanya.

Sehari-hari, anak ketiga dari lima bersaudara ini, bertahan hidup dalam pengawasan kakak sulungnya bernama Rusdi. Kedua orang tua BH telah lama meninggal. Sementara saudaranya  yang lain telah berkeluarga dan tinggal di daerah lain.

Untuk memenuhi kebutuhan BH, Rusdi yang belum berkeluarga, mengandalkan penghasilannya sebagai pekebun. Namun hasilnya tidak maksimal, apalagi BH kerap mengamuk jika ditinggal pergi.

“Sangat sulit, karena tidak bisa kemana-mana. Biasa mengamuk kalau saya terlambat pulang. Makanya sangat berharap bantuan biaya hari-hari, karena kesulitan penuhi kebutuhannya. Apalagi saya cuman tinggal berdua di sini,”ungkap Rusdi terpisah.

Rusdi mengaku tidak punya pilihan, selain mengurung sang adik, teman hidup satu-satunya. Ia lelah menjadi sasaran amukan BH ketika terlepas. Diakui, seluruh barang di rumahnya juga habis dirusak BH ketika mengamuk.

“Saya sudah sering dipukul, bukan cuman saya, waktu orang tua masih hidup, juga pernah dipukul. Makanya terpaksa dikurung seperti sekarang, apalagi masyarakat juga khawatir,”tandas Rusdi.

Beruntung, selama ini BH masih kerap mendapat kunjungan dari petugas kesehatan dan relawan peduli ODGJ yang memberikan perhatian. Saat ini, pihak keluarga sangat mengandalkan bantuan obat dari Puskesmas, yang diberikan secara rutin, untuk menenangkan BH agar tidak mengamuk.

“Saya sangat kasihan dengan kondisinya, tetapi kami juga tidak dapat berbuat banyak. Sekarang hanya bisa berharap bantuan, agar kondisi BH bisa sembuh seperti dulu lagi,”pungkas Rusdi pasrah.

Berdasarkan pantauan wartawan, BH dikurung dalam jeruji besi berukuran satu kali satu meter, setinggi dua meter, berdampingan kandang ayam di kolong rumah. Karena ukurannya sangat sempit, membuat pemuda asal Desa Puccadi, Kecamatan Luyo ini kesulitan bergerak, walau sekedar untuk meluruskan tubuhnya.

Seluruh aktivitas BH dilakukan dalam jeruji mirip ruang tahanan ini. Mulai dari makan, tidur, hingga buang kotoran.

Agar tidak kedinginan apalagi saat hujan mengguyur khususnya di malam hari, sekitar jeruji tempat BH dikurung, ditutup menggunakan terpal. (Thaya)

 

__Terbit pada
08/03/2022
__Kategori
kesehatan, Sosial