Melihat Perjuangan Wanita 72 Tahun di Polman Rawat Ibu Berusia Seabad
Sapina (72 tahun), warga Desa Rumpa, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, saat memberikan perhatian kepada ibunya Sawiah , di rumahnya, Rabu kemarin (11/08/2021).

Melihat Perjuangan Wanita 72 Tahun di Polman Rawat Ibu Berusia Seabad

MAPILLI,- Seorang wanita berusia lanjut bernama Sapina, warga Dusun Tapparang, Desa Rumpa, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, harus berjuang menjalani hidup dengan kondisi memprihatinkan, akibat belitan ekonomi.

Selain itu, Sapina yang mengaku telah berusia 72 tahun, juga harus merawat ibunya bernama Sawiah, yang diakui telah berusia seabad.

Sehari-hari, pasangan ibu dan anak berusia lanjut ini tinggal di rumah panggung berbahan kayu berukuran 4 x 5 meter. Sebenarnya, pemerintah setempat telah memberikan bantuan rumah permanen yang lebih layak, namun baik Sapina dan ibunya Sawiah lebih memilih tinggal di rumah lama yang dianggap menyimpan banyak kenangan.

“ Kalau siang apalagi kalau mau sholat, saya turun di rumah bantuan pemerintah, tetapi kalau malam saya tinggal di rumah kayu ini bersama ibu, “ ujar Sapina kepada wartawan, Rabu siang (11/08/2021).

Kondisi rumah panggung yang didiami Sapina bersama ibunya Sawiah, tampak memprihatinkan bahkan terlihat berantakan. Sapina mengaku jarang membersihkan, karena tenaganya tidak sekuat dulu lagi.

Diakui Sapina, sudah sangat lama ibunya hanya dapat berdiam diri di rumah. Selain sudah pikun, sang ibu Sawiah juga tidak dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain, termasuk untuk buang kotoran.

“ Sudah tidak bisa kemana-mana (Sawiah), di rumah saja terus, kalau mau buang air besar harus dibantu, “ ungkap Sapina menceritakan kondisi ibunya.

Kendati kerap sakit-sakitan, Sapina mengaku tetap berupaya kuat untuk merawat dan mencurahkan seluruh kasih sayang untuk sang ibu tercinta.

“  Saya juga susah jalan, sudah lama sakit, kadang pakai tongkat, biar ke depan rumah juga kadang susah karena kondisi. Tapi begitulah, “ tutur Sapina lirih sambil membelai rambut ibunya.

Sapina mengaku sudah puluhan tahun tinggal berdua dengan ibunya. Saudara lelakinya, diketahui memilih tinggal di daerah Toli-Toli, Sulawesi Tengah.

“ Saya ada saudara laki-laki, dia tinggal di Toli-Toli, tapi sudah hampir setahun tidak pernah berkunjung, “ imbuhnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Sapina mengaku mengandalkan hasil sepetak lahan pertanian dan perkebunan milik orang tuanya. Pengerjaan lahan tersebut dilakukan orang lain.

Meski terkadang hasilnya tidak cukup, Sapina mengaku bersyukur, karena masih ada kerabat terdekat dan tetangga, yang kerap berkunjung untuk memberikan perhatian, termasuk pemerintah yang memberikan bantuan sosial.

“ Untuk biaya hari-hari, ada sedikit hasil dari sepetak lahan, dari sawah sedikit, ada juga dari kelapa. Itulah, bantuan tetangga dan pemerintah juga ada, keluarga juga ada, “ ucapnya bersyukur.

Menurut Sapina, semasa muda ia pernah bekerja sebagai buruh tani. Sementra ibunya pernah sukses menjadi pedagang keliling. Namun bencana alam membuat tempat dan modal usahanya habis.

“ Dulu berdagang sampai di daerah Messawa dan Sumarorong. Sembarang di jual, sarung, beras, campuran. Suatu waktu tempatnya berjualan di terjang banjir, kios dan barang jualan habis terbawa air. Sejak saat itu tidak jualan lagi, “ kenang Sapina.

Saat wartawan berkunjung, Sawiah tampak terlihat sedang duduk di depan pintu rumahnya. Sesekali air matanya menetes membasahi wajahnya yang keriput. Sawiah mengaku merindukan kehadiran cucu dan anaknya yang lain. Sementara Sapina, tampak harus menahan rasa sakit, saat menuruni beberapa anak tangga pada rumah panggung tempat tinggalnya. (Thaya)

__Terbit pada
12/08/2021
__Kategori
Sosial