Melecut Semangat Petani Bawang Merah di Masa Pandemi

FEATURE

Melecut Semangat Petani Bawang Merah di Masa Pandemi

Laporan: Sulaeman Rahman

DELAPAN bulan wabah covid-19 menyebar kemana-mana, bukanlah waktu yang singkat. Bahkan, kapan pandemi ini akan berakhir, juga menjadi sesuatu yang belum bisa dipastikan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya menekan penyebarannya. Namun, meski upaya itu tidak sia-sia, pemerintah tetap dibikin pusing. Terutama dampak yang ditimbulkan di tengah masyarakat.

Selain dampak ekonomi, entah daya jual maupun daya beli yang terimbas demikian terpuruk, sektor pertanian pun merasakan akibatnya. Petani bawang merah salah satunya. Di Desa Renggeang, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, saban waktu menjerit. Bukan lantaran produksi semata-mata, tapi lebih dari itu bibit bawang merah menjadi sangat langkah didapatkan para petani. Pasalnya apa?

Kelangkaan terjadi, bukan karena susah mendapatkan bibit unggul. Namun, harga bibit melambung menjadi salah satu penyebab, lantaran petani sudah tidak mampu membelinya. Di masa pandemi covid-19 adalah sangat vital untuk membeli kebutuhan hidup keluarga, tinimbang bibit bawang merah dengan harga meroket.

Syarifuddin, satu dari sekian banyak petani bawang merah di Renggeang, Kabupaten Polewali Mandar, ini mengaku semakin susah mendapatkan bibit karena harga melambung. “Bibit unggul semakin tak terbeli. Masa corona ini semua serba susah,” keluhnya.

Namun, dia mengatakan, dirinya dengan semua petani bawang di desa tersebut tidak pernah patah arang. Meski masa pandemi belum pasti kapan berakhir, mereka tetap optimis dan bisa bertahan menjadi petani bawang dengan bibit seadanya. Meski hasil tak menentu dengan menanam bibit asalan, Syarifuddin tetap menjalankan aktifitasnya, menggarap lahan dengan bibit tak unggul di tengah pandemi.

Para petani di Renggeang tidak pernah pesimis sama sekali. Mereka tetap ikut protokol kesehatan yang ditentukan pemerintah, meski digayut kegundahan nasib sebagai petani bawang merah. “Untung saja kami bisa menerima BLT dari pemerintah, sehingga untuk menyambung hidup di masa virus corona tidak terlalu susah. Meskipun, dana tersebut tidaklah cukup. Tapi, disyukuri saja,” tutur Syarifuddin.

DESA Renggeang di Kabupaten Polewali Mandar memang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil bawang merah. Petani bawang di desa ini rata-rata menjual produksi ke beberapa daerah termasuk ke Pulau Kalimantan. Selain itu, pasar bawang mereka juga ke Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dan Palu, Sulawesi Tengah.

Menurut salah seorang petani, rekan Syarifuddin, produksi pertanian bawang yang digarapnya sudah dikirim ke beberapa daerah. Malah menurut dia, sudah ada pembeli dari dulu yang menjadi langganan mereka. Sehingga, tidak susah bagi petani di Renggeang untuk memasarkan bawang merah setiap musim panen. “Sudah pembeli yang menjadi langganan kami,” katanya.

Dia lalu menuturkan, meskipun masa pandemi ini sudah melintas waktu kurang lebih delapan bulan, produksi lahan bawang mereka tetap ada. Namun, hasilnya menurun drastis. Soal utamanya adalah bibit unggul bawang merah yang sudah tidak mampu mereka beli di pasaran.

Syarifuddin menambahkan, sering ada bantuan bibit dari pemerintah. Namun, para petani sadar, jika namanya bantuan pasti terbatas. Pengadaan bibit dari pemerintah, praktis digilir ke petani. “Jadi pasti tidak merata, tapi namanya juga bantuan, kalau kebetulan dapat disyukuri, kalau tidak dapat, biasanya kami berusaha membeli bibit pasaran,” tuturnya.

PAGI menjelang siang, Minggu (25/10), salah satu tokoh perempuan di Sulawesi Barat, Hj Nurnazila H Kalammor, membuktikan kepedulian kepada para petani bawang merah di Desa Renggeang. Dia memberikan bantuan bibit unggul bawang merah. Dan, menyerahkannya sendiri langsung ke petani.

Nurnazila Kalammor berharap bisa meringankan beban petani di daerah ini, apalagi sejak pandemi virus corona melanda. Bantuan bibit tersebut, sekaligus sebagai pelecut semangat para petani untuk tetap optimis di masa pandemi.

“Alhamdulillah, bantuan ini kita berikan sebagai bentuk kepedulian terhadap warga di daerah ini. Semoga bisa memberi hasil maksimal untuk menopang ekonomi keluarga petani, apalagi di tengah pandemi virus corona,” ungkapnya.

Program bantuan ini direncanakan akan terus berlanjut. Bantuan serupa akan disalurkan secara bertahap, sesuai dengan kebutuhan petani bawang. “Insya Allah, kita akan berikan bertahap sesuai permintaan petani. Semoga bibit yang ada saat ini bisa dimaksimalkan untuk kepentingan bersama,” tutur Nurnazila.

Dia meminta warga, khususnya para petani, agar selalu bersabar menghadapi pandemi virus corona. Petani disarankan mematuhi imbauan pemerintah. “Meski sekarang lagi ada pandemi, kita harus sabar dan tetap semangat,” harapnya.

Menerima bantuan bibit unggul bawang merah, Syarifuddin dan rekannya sesama petani bawang tentu saja mengungkap rasa syukur ketiban bantuan langsung tanpa proses berbelit-belit itu. “Alhamdulillah, bantuan ini sangat berarti. Selama ini kami petani sangat sulit mendapatkan bibit unggul karena harganya yang tidak terjangkau. Semoga dengan bantuan bibit unggul ini, produksi bawang kami bisa lebih meningkat,” tuturnya mewakili teman-temannya. (***)

__Terbit pada
29/10/2020
__Kategori
Featured