Fredy Akbar K,S.Kep.,Ns.,M.Kep. Sumber Foto - Istimewa

DEPRESI HNGGA BUNUH DIRI PADA REMAJA

Oleh: Fredy Akbar K,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Dosen Keperawatan Jiwa, AKPER YPPP Wonomulyo

Ketua LKS Disabilitas Mental Yayasan Mandar Indonesia

Membaca berita tentang Suicide (bunuh diri) kemarin, tak ada yang lebih miris dari komentar dan stigma negatife di tengah duka keluarga.

Siapalah kita yang bisa menentukan benar salahnya? Siapalah kita yang bisa menilai baik buruknya? Siapalah kita yang tahu tempat terakhirnya? Tahukah siapa kita?..Hanya partikel kecil yang bahkan tak senilai debu diantara miliaran galaxy. Kita hanya kebetulan tinggal dibumi lalu merasa besar. Kita tak tahu sebesar apa masalah yang ia pikul, kita tak tahu tentang sakit dan luka yang ia lalui (Ayu Amaliah,2020)

Angka bunuh diri yang semakin meningkat pada kalangan anak dan remaja membutuhkan perhatian serius. Pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap factor resiko bunuh diri pada anak dan remaja sangat penting

Secara global bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor tiga didunia dengan kecenderungan peningkatan pada kelompok anak dan remaja. Tingkat bunuh diri bervariasi mulai dari ide bunuh diri , ancaman bunuh diri dan tindakan bunuh diri.

Gangguan psikiatri yang sering menjadi factor resiko bunuh diri pada anak dan remaja adalah gangguan suasana perasaan (Depresi dan bipolar),skizofrenia,penyalahgunaan zat, gangguan tingkah laku, dan gangguan makan. Resiko yang lain bisa memunculkan perilaku bunuh diri yaitu adanya kejadian yang menimbulkan stress,masalah hubungan anak dan orang tua,perceraian orang tua,riwayat keluarga dan penyakit kronis (Gray dan Dihigo,2015).

Kebanyakan perilaku bunuh diri muncul karena keinginan untuk melarikan diri dari perasaan yang tidak tertahankan, seperti dendam, isolasi sosial, atau kebencian. Perasaan kehilangan memainkan peranan yang penting sebagai factor pencetus langsung bunuh diri pada remaja, baik kehilangan yang akut ataupun kehilangan yang sudah terakumulasi. Istilah “Kehilangan “ disini digunakan untuk menunjukkan kehilangan karena kematian atau perpisahan yang permanen misalnya perceraian orang tua yang mengakibatkan kerenggangan atau hilangnya figure yang dicintai.

Upaya pencegahan bunuh diri harus dilakukan secara seksama dan melibatkan banyak pihak dengan berbagai pendekatan antara lain :

Jangan biarkan anak mengalami depresi atau kecemasan : Jika anak tidak seceria biasanya dan anda curiga ada yang tidak beres, jangan tunggu sampai ia bercerita. Tanyakan langsung apa yang membuat berubah dan yang dihadapi anak

Dengarkan anak meski ia tidak bercerita : Ketika anak tidak mendapatkan perhatian atau tak bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang tuanya, ia akan merasa sendirian pastikan anak tahu bahwa orangtuanya akan selalu ada dalam kondisi apapun

Jangan abaikan ancaman bunuh diri yang dilontarkan anak : Remaja yang mencoba bunuh diri seringkali member sinyal yang kadang tidak disadari orang tua, jika mendengar anak mengatakan “aku ingin mati”,”aku bosan hidup” dan lain lain jangan mengbaikannya

Ajak anak olahraga rutin : Aktivitas fisik yang sederhana seperti berjalan santai atau meditasi mampu meredam stress atau depresi yang dialami anak

Bercerita pada anak : Tidak hanya anak, tapi orang tua juga perlu bercerita dengan anak. Biarkan anak anda tahu bahwa dirinya tidak sendirian ketika sedang sedih,marah maupun sedang merasa cemas

Minta bantuan professional : Jika perilaku remaja sudah mengkhawatirkan, jangan tunggu untuk menghubungi psikolog atau psikiater.

Mari bersamasama kita tingkatkan kepekaan kita terhadap keberadaan remaja, support dan perhatian terhadapnya sangat berarti untuk kelangsugan hidup anak dan remaja.  

__Terbit pada
08/05/2020
__Kategori
Opini