Berdayakan Anak Punk, Polwan asal Bengkulu Sukses Rintis Usaha Minuman Kekinian di Polman
Briptu Dewi Candra Gustina, Polwan asal Bengkulu, yang suskes merintis usaha minuman kekinian di kampung halaman suaminya do Kabupaten Polewali Mandar. Usaha itu digerakkan dengan memberdayakan anak punk.

Berdayakan Anak Punk, Polwan asal Bengkulu Sukses Rintis Usaha Minuman Kekinian di Polman

POLEWALI,- Seorang polisi wanita (Polwan) sukses merintis usaha meminuman kekinian, dengan omset mencapai ratusan ribu rupiah perhari. Hebatnya lagi, usaha rumahan yang mengandalkan sari tebu sebagai bahan baku utama itu, digerakkan dengan memberdayakan sejumlah anak punk.

Kisah inspiratif ini datang dari Dewi Candra Gustina (26 tahun). Usaha minuman sari tebu yang diberi nama Pambe Sure ini, dirintis Dewi di kampung halaman suaminya di Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar.

Polwan berpangkat Briptu ini sebenarnya bertugas di Polres Bengkulu. Pada satu kesempatan saat mengunjungi kampung suaminya, Dewi merasa prihatin melihat sekelompok remaja,  khususnya anak punk yang berkeliaran.

Berawal dari itu, Dewi terfikir untuk mengembangkan usaha, yang nantinya bisa menjadi wadah bagi anak-anak punk tersebut untuk melakukan kegiatan produktif.

“ Sebenarnya disini kita banyak kaum muda, saya lihat di jalanan banyak yang mengamen, banyak yang jadi anak punk dan sebagainya. Saya kira mereka bisa kita berdayakan untuk bekerja, menghasilkan uang sendiri, untuk mengurangi tindak kriminal, “ ungkap Dewi, kepada wartawan beberapa waktu lalu, Minggu siang (17/10/2021).

Walau tidak mudah, dengan penuh kesabaran, Dewi sukses mendekati dan meyakinkan anak punk tersebut, untuk terlibat dalam usaha minuman kekinian, yang dirintis di tengah pandemi COVID-19 ini.

“ Awalnya mereka tidak mau, tetapi saya terus berusaha, mencoba meyakinkan mereka, jika apa yang akan saya lakukan tentunya memberikan manfaat positif, khususnya untuk memberikan pemasukan tambahan, “ jelasnya.

Pambe sure adalah tebu khas di daerah ini, berwarna kuning serta memiliki motif garis. Dalam bahasa daerah, pambe berarti tebu, sementara sure bisa diartikan sebagai motif.

“ Jadi saya terinspirasi untuk menghasilkan pambe sure ini. Selain itu, pambe sure ini juga berasal dari tebu yang hampir punah, “ bebernya.

Agar tidak kesulitan mendapat pambe sure, selama berapa di kampung suami, Dewi juga meluangkan waktu mengedukasi para petani setempat, khususnya yang sudah lansia, agar memanfaatkan lahan tidur dengan menanam tebu. Tebu-tebu tersebut dibeli dengan harga memuaskan, untuk mendongkrak perekonomian warga.

“ Saya juga memberdayakan petani yang sedang menganggur, atau ada yang lahannya kosong, kita gunakan untuk tanam tebu, “ jelas ibu dua anak itu.

Proses produksi minuman sari tebu bernama pambe sure ini, dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana.

Kendati begitu, semua proses mulai dari pengambilan tebu dari kebun, pemilahan, pembersihan hingga pengambilan sari tebu, dilakukan dengan sangat teliti, melibatkan anak punk yang terlatih.

Walau lebih banyak menghabiskan waktu di Bengkulu, Dewi tetap rutin memantau usahanya tersebut melalui sambungan telepon maupun video call. Sang suami yang lebih banyak menghabiskan waktu di kampung halaman, juga aktif membantu melakukan pengawasan, untuk memastikan, kualiats minuman sari tebu yang dirintis Dewi tetap terjaga, agar konsumen tetap merasa puas.

Diakui Dewi, untuk sebotol minuman pambe sure, dijual seharga tujuh ribu rupiah. Dalam sehari, ada sedikitnya 100 botol pambe sure yang bisa terjual.  Tidak hanya dipasarkan secara online, minuman kekinian dan menyegarkan ini juga ditawarkan secara langsung para anak punk dari warung ke warung.

“ Alhamdulillah, sehari itu lebih dari 500 ribu, itu paling kecilnya. Alhamdulillah kita bisa menggaji anak-anak kita, supaya mereka punya penghasilan tetap, “ pungkas Dewi.

Salah satu anak punk yang terlibat dalam proses produksi pambe sure, Ahmad Islami mengaku bersyukur, karena kini bisa lebih fokus bekerja, bebas dari stigma negative sebagai pemuda yang kerjanya keluyuran dan kerap dianggap sebagai sumber keonaran.

“ Alhamdulillah, semenjak saya bekerja di sini, lumayan ada penghasilan untuk beli rokok. Kalau dulu harus ngamen, luntang lantung di jalan, kesana kemari, hingga kerap dianggap sumber keonaran, “ tandas pemuda bertato.

Penikmat pambe sure Andi Pawellangi mengaku bangga, apalagi pambe sure merupakan produk lokal khas daerah ini.

“ Kita tentu bangga dan mengapresiasi ada sekelompok pemuda yang berinisiatif menghasilkan minuman kekinian. Tidak hanya segar dan nikmat, tetapi juga mampu menjadi ciri khas daerah ,” puji Andi.

Hal serupa disampaikan Takim, yang mengaku tiap hari mengkonsumsi pambe sure, lantaran diakui memberikan sejumlah manfaat untuk kesehatan.

“ Selain rasanya segar, minuman pambe sure ini juga baik untuk kesehatan. Saya mengkonsumsi ini minimal tiga kali sehari, “ pungkasnya. (Thaya)

 

__Terbit pada
31/10/2021
__Kategori
Inspirasi, Sosial