
“Terima kasih Orang Baik” Kirim Kursi Roda dan Kaki Imitasi
M Danial
DUA warga Kampung Baru, Desa Taramanu Tua, Kecamatan Tubbi Taramanu (Tutar), Polewali Mandar menjalani hari-harinya sebagai orang yang berkebutuhan khusus. Kesulitan untuk bergeser jauh dari tempatnya tanpa bantuan orang lain. Keduanya terpaksa menggunakan gerobak barang sebagai pengganti kursi roda yang didorong orang lain.
Desi, 14 tahun, menyandang disabilitas sejak lahir. Dirawat neneknya, Nu’mi yang terpaksa mengandalkan gerobak barang untuk membawa sang cucu ke mana-mana, termasuk ke kebun. Gerobak yang lazim sebagai wadah mengaduk semen, dimanfatkan juga Udin (26 tahun), yang didorong Ca’ma, ibunya atau orang lain.
Nu’mi, nenek Desi mengungkapkan cucunya sering menangis, seolah menyesali nasibnya hanya bergantung pada orang lain. Desi yang kini sudah berusia remaja, menurut Nu’mi, beberapa kali menyatakan ingin punya kursi roda, supaya tidak terlalu merepotkan orang lain.
“Dia sering bilang, seandainya dia (sehat) seperti orang lain, akan bantu nenek di kebun. Beberapa kali juga dia bilang sangat mau punya kursi roda, agar nenek tidak terlalu repot mengurusi. Bahkan gampang bantu nenek di kebun,” ungkap Nu’mi. Matanya berkaca-kaca menirukan curhat Desi. Apalagi, anak sebayanya semua bersekolah.
“Terima kasih yang mengirim bantuan untuk Desi. Saya sangat bersyukur kursi roda ini akan sangat meringankan cucu saya,” lanjut Nu’mi, sambil mengajak Desi mencoba kursi rodanya. Desi tertawa lebar, menunjukan jempol kanan. Tergambar rasa gembira dan bahagia. Impiannya memiliki kursi roda menjadi kenyataan yang tidak diduga. Tetangga yang juga kerabatnya turut gembira dan terharu. Mereka bergantian membiasakan Desi menggunakan kursi roda.
Sebagaimana Desi dan neneknya, Nu’mi dengan bantuan kursi roda, ditunjukkan juga Udin dan ibunya, Ca’ma. Udin muncul dari balik pintu rumahnya dengan cara merangkak sambil tertawa. Ia sempat bertanya kepada ibunya: untuk siapa kursi roda yang ada di hadapannya.
“Terima kasih orang baik, semoga rezekinya selalu lancar, tambah banyak,” ucap Udin. Suaranya sedikit parau, hampir tak terdengar lantaran terharu. Ia terlihat sangat antusias mencoba kursi roda, dibantu ibunya dan beberapa tetangganya.
Satu dari kursi roda untuk Desi dan Udin, berasal dari Komunitas “Sedekah Jumat Sulbar”. Satu lainnya dari donatur yang minta identitasnya tidak ditulis. Katanya, tangan kanan memberi tidak perlu diketahui tangan kiri.
Sebelumnya, dua penyandang disabilitas di dusun tetangga Kampung Baru, yaitu Dusun Tapparang, mendapat bantuan dari “orang baik”. Gadis cilik Fitri, yang lahir dengan kedua lengan tanpa tangan, kaki kanan sebatas tungkai, kaki kiri sebatas pergelangan kaki, mendapat bantuan kemanusiaan kaki imitasi (kaki palsu) hasil donasi platform “BerbuatBaik.id” yang berada di bawah naungan “CT ARSA Foundation”, Jakarta.
Sedangkan pemuda bernama Luppeng, tetangga Fitri, yang juga mengandalkan gerobak barang sebagai pengganti kursi roda, mendapat bantuan kursi roda dari donatur yang tergabung dalam Komunitas BRIlink.
Menurut Rawaiyah, ibu Luppeng, ia menyediakan gerobak untuk putranya itu sebagai pengganti kursi roda. Apalagi, Luppeng kerap meninggalkan rumah sendirian dengan cara merangkak. Pergi jauh mengandalkan kedua tangan dan lutut melintasi jalanan tanah yang penuh rumput dan berlumpur di musim hujan.
“Dia sering pergi diam-diam, jauh dari rumah, merangkak di tanah, di rumput. Biasa kita pusing cari kemana perginya,” cerita Rawaiyah tentang Luppeng.
Kampung Baru dan Tapparang, terpencil di pegunungan. Jalanan ke sana masih sangat memperihatinkan. Sekira tiga sampai empat kilometer sebelum sampai di Tapparang hanya bisa dilalui sepeda motor. Itupun, yang terbiasa menjajal jalan berbatu dan berlumpur. Kendaraan roda empat pun hanya jenis tertentu. Yang memiliki handel dan pengemudi yang terbiasa menaklukan jalanan ekstrim di pegunungan.
Saya berkunjung ke Kampung Baru, beberapa hari lalu, menyerahkan bantuan dari “orang baik”. Kursi roda untuk Desi dan Udin. Saat jalanan sulit dilalui mobil, mucul dua pesepeda motor menawarkan bantuan membawa dua kursi roda tersebut. “Orang baik” itu terlihat bersemangat, dengan lincah mengikat dua kursi roda sekaligus di sepeda motornya.
“Kami orang kampung seperti di sini, hanya bisa membantu dengan tenaga untuk kebaikan sesama warga. Kita sangat mau juga memberi bantuan lain, tapi semua terbatas. Makanya, kami sangat bersyukur dan terima kasih pada “orang baik” di luar sana yang peduli kepada warga kami,” kata Jumali, Sekretaris Desa Taramanu Tua.
Bantuan dari “orang baik” berupa kursi roda untuk Fitri, Udin, dan Luppeng, serta kaki palsu untuk gadis cilik Fitri, diharap setidaknya bisa meringankan mereka sebagai penyandang disabilitas. Bantuan tersebut, sekaligus menepis kalangan yang seolah membiarkan penyandang disabilitas sejak lahir dengan alasan tidak mungkin disembuhkan. Padahal, mereka yang berkebutuhan khusus seharusnya diberi perhatian untuk mengurangi ketergantungan pada orang lain. (*)







