Foto warung musiman di tengah areal perkebunan warga Desa Kelapa Dua, Kabupaten Polman. (thaya)

Berkah Warung Musiman di Tengah Areal Perkebunan Warga Desa Kelapa Dua Polman

SEJUMLAH warga sedang berkumpul di pondok yang berada di tengah areal perkebunan. Mereka duduk pada selembar papan yang ditopang menggunakan batang kayu.

Di depannya terdapat meja sederhana. Meja itu terbuat dari dua lembar papan yang juga ditopang menggunakan batang bambu.

Tampak beberapa botol berisi kecap dan sambal. Serta beberapa bungkus mie instan dan cemilan tersusun di atas meja tersebut.

Pondok berukuran sekira 3 x 3 meter persegi yang beratapkan terpal berwarna coklat itu merupakan warung musiman di Desa Kelapa Dua, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat.

Warung musiman yang jauh dari pemukiman warga itu, merupakan milik pasangan suami istri bernama Sabir (34) dan Samsani (33).

Warung itu sengaja dibangun seadanya menggunakan bahan sederhana, karena sifatnya sementara.

Sebab, warung tersebut hanya difungsikan selama musim buah yang berlangsung salama 3 bulan, dari Januari – Maret.

Maklum saja, Desa Kelapa Dua memang dikenal sebagai penghasil buah. Salah satunya si raja buah durian.

“Setiap musim buah, pasti buat warung dadakan, ” kata Samsani kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Sore itu, awan gelap tetiba menggelayut. Kibasan daun pepohonan tinggi akibat tiupan angin, menimbulkan suara gemuruh membuat suasana sedikit mencekam.

Sejumlah warga baik tua maupun muda tetiba bermunculan dari balik pepohonan. Mereka datang dari kebun lalu berkumpul di warung musiman itu.

Diketahui, keberadaan warung itu memang kerap menjadi tempat berkumpulnya sejumlah warga, apalagi saat musim buah seperti sekarang ini.

Selain untuk menyantap hidangan seperti mie instan maupun kopi panas, warung dadakan ini kerap dimanfaatkan warga sebagai tempat melakukan transaksi jual beli buah yang telah terkumpul.

“Di sini orang transaksi buah, kalau pagi kumpul di sini pembeli. Mereka datang ke sini, makanya selalu ramai,” ungkap Samsani.

Peluang itulah yang dimanfaatkan Samsani bersama suami. Hingga keduanya sepakat mendirikan warung di tengah areal perkebunan.

“Karena setiap musim buah, pasti banyak warga yang ke kebun untuk kumpul buah. Daripada mereka pulang ke rumah yang jaraknya jauh, mereka memilih mampir di sini untuk berbelanja kalau lapar, meski sekedar hanya makan mie instan atau minum kopi, ” ujar Samsani meyakinkan

Lebih lanjut Samsani mengatakan, kegiatan berjualan di tempat ini dilakukan sepanjang hari, baik siang maupun malam. Sebabnya, aktivitas mengumpulkan buah kerap dilakukan warga hingga malam hari.

“Makanya saya bermalam di sini. Karena kadang banyak juga pembeli meski malam hari. Kadang kita sudah tidur, dibangunkan juga,” tuturnya sambil tertawa.

Meski hanya menyanyikan menu sederhana seperti mie instan dan kopi panas, Samsani mengaku omset yang diperoleh bisa mencapai ratusan ribu rupiah per hari. Itu sebabnya, dia dan suami tidak pernah lupa mendirikan warung musiman setiap memasuki musim buah.

“Alhamdulillah, sangat membantu ini musim buah untuk perekonomian. Bisa dapat 200 ribu per hari. Makanya setiap musim buah pasti buka warung di sini,” pungkasnya. (thaya)

__Terbit pada
07/02/2025