(ist)

SLBN Mamasa sudah Tahunan Siapkan Makan Siang Gratis Siswa

Laporan,M Danial

SUASANA familiar penuh kekeluargaan terlihat di salah satu ruangan Sekolah Luar Biasa atau SLB Negeri Mamasa, Sulawesi Barat.

Belasan anak tampak gembira menikmati sajian makan siang. Ada yang duduk mengelilingi sebuah meja panjang bersama beberapa orang guru. Yang lain duduk di tempat terpisah.

Suasana seperti itu berlangsung tiga kali dalam sepekan. Setiap hari Selasa, Rabu, dan Jumat.

Makan siang gratis siswa sudah berlangsung beberapa tahun sebagai kegiatan rutin sekolah.

Kegiatan tersebut berbarengan dengan layanan trasportasi gratis siswa yang rumahnya jauh dari sekolah yang terletak di Jalan Poros Polewali – Mamasa di Taduk Kaluak.

Pelaksanaan makan siang gratis SLBN Mamasa itu mendahului program makan siang gratis yang dicanangkan presiden terpilih Prabowo Subianto. Yang baru akan dilaksanakan mulai Januari 2025 bagi siswa SD, SMP, dan SMA termasuk santri pondok pesantren.

Kepala SLBN Mamasa Sebernius, mengatakan makan siang gratis dan transportasi gratis tersebut sudah terlaksana sejak kepala sekolah  sebelumnya mulai 2018.

Dua kegiatan tersebut, sebagai strategi untuk memotivasi para orang tua anak-anak yang berkebutuhan khusus agar memperhatikan pendidikan anaknya dengan menyekolahkan di SLB.

“Makan siang gratis dan transportasi gratis di sekolah kami sebagai strategi untuk memotivasi para orang tua anak yang berkebutuhan khusus agar menyekolahkan anaknya. Dan SLB dibuka sebagai lembaga pendidikan formal anak  disabilitas,” jelas Sebernius, beberapa hari lalu.

Pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan tantangan di banyak tempat.

Para orang tua dan masyarakat pada umumnya minim pemahaman dan kesadaran bahwa anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak-anak pada umumnya.

Termasuk untuk memperoleh pendidikan dan perlakuan tanpa diskriminasi dalam kehidupan sosial.

Untuk itulah, SLBN Mamasa melakukan upaya  dan strategi dengan menyediakan makan siang dan transportasi gratis siswa. Kedua kegiatan dimaksudkan juga agar anak-anak rajin datang bersekolah. Selain itu, untuk keberlanjutan anak-anak bersekolah sampai tamat.

“Sekolah menyediakan makan siang setiap hari sekolah. Disiapkan juga transportasi antar-jemput gratis. Mobil yang dikontrak sekolah menjemput siswa yang rumahnya jauh, siang mereka diantar lagi pulang,” beber Sebernius. “Kalau tidak seperti itu anak-anak yang jauh rumahnya tidak akan datang sekolah,” tambah alumnus UNM 2013 itu. Ia menjelaakan, bahwa dirinya hanya melanjutkan program yang telah dilaksanakan kepala sekolah yang digantikannya.

Mengenai pelaksanaan belajar SLBN Mamasa hanya tiga hari sepekan, menurut Sebernius, merupakan kesepakatan dengan para orang tua siswa yang umumnya bertempat tinggal jauh. Kesepakatan tersebut, cukup membantu pula meringankan pembiayaan makan siang dan transportasi siswa.

Pria yang menjadi kepala SLBN Mamasa sejak 2018 itu menyebut biaya permakanan dan transportasi siswa masing-masing senilai Rp1 juta setiap bulan. Ia bersyukur karena tidak semua kebutuhan harus dibeli. Sayur-sayuran, misalnya, diperoleh dari pekarangan sekolah yang ditanami sayur-sayuran dan tanaman produktif lainnya.

Pemanfaatan pekarangan sekolah menjadi percontohan juga untuk pendayagunaan lahan agar produktif untuk meringankan kebutuhan sehari-hari.

SLBN Mamasa pada 2023/2024 memiliki 42 siswa yang terdiri 42 laki-laki 15 perempuan. Siswa tingkat SD 11 orang, SMP 7 orang, dan SMA 24 orang. Jenis disabilitas siswa, adalah tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, down syndrome dan autis. Mereka terbagi pada 13 rombongan belajar (rombel) yang dibina enam guru (guru PNS 3 orang, non PNS 3 orang).

Kegiatan pembelajaran siswa sekolah tersebut secara bertahap dilakukan penyesuaian dengan program merdeka belajar dan berpedoman pada sistem penyelenggaran pendidikan inklusif. Yaitu memberi kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pembelajaran secara bersama-sama.

Sebagian besar siswa SLBN Mamasa beragama nasrani. Tapi pendidikan agama beberapa siswa muslim tetap mendapat perhatian, seperti praktik salat termasuk salat dhuha secara rutin.

Siswa muslim antusias mengikuti bimbingan  praktik salat dengan tenang disaksikan teman-temannya yang nonmuslim.

Pelaksanaan kegiatan belajar SLBN Mamasa berlangsung di tiga lokasi terpisah. Selain di sekolah induk di Taduk Kaluak, terdapat kelas cabang di Kota Mamasa yang berlokasi di samping kantor Dinas Dikbud Kabupaten, dan kelas cabang lainnya di Talipukki, Kecamatan Mambi. (*)

SLBN Mamasa sudah Tahunan Siapkan Makan Siang Gratis Siswa

M Danial

SUASANA familiar penuh kekeluargaan terlihat di salah satu ruangan Sekolah Luar Biasa atau SLB Negeri Mamasa, Sulawesi Barat. Belasan anak tampak gembira menikmati sajian makan siang. Ada yang duduk mengelilingi sebuah meja panjang bersama beberapa orang guru. Yang lain duduk di tempat terpisah.

Suasana seperti itu berlangsung tiga kali dalam sepekan. Setiap hari Selasa, Rabu, dan Jumat. Makan siang gratis siswa sudah berlangsung beberapa tahun sebagai kegiatan rutin sekolah. Kegiatan tersebut berbarengan dengan layanan trasportasi gratis siswa yang rumahnya jauh dari sekolah yang terletak di Jalan Poros Polewali – Mamasa di Taduk Kaluak.

Pelaksanaan makan siang gratis SLBN Mamasa itu mendahului program makan siang gratis yang dicanangkan presiden terpilih Prabowo Subianto. Yang baru akan dilaksanakan mulai Januari 2025 bagi siswa SD, SMP, dan SMA termasuk santri pondok pesantren.

Kepala SLBN Mamasa Sebernius, mengatakan makan siang gratis dan transportasi gratis tersebut sudah terlaksana sejak kepala sekolah sebelumnya mulai 2018. Dua kegiatan tersebut, sebagai strategi untuk memotivasi para orang tua anak-anak yang berkebutuhan khusus agar memperhatikan pendidikan anaknya dengan menyekolahkan di SLB.

“Makan siang gratis dan transportasi gratis di sekolah kami sebagai strategi untuk memotivasi para orang tua anak yang berkebutuhan khusus agar menyekolahkan anaknya. Dan SLB dibuka sebagai lembaga pendidikan formal anak disabilitas,” jelas Sebernius, beberapa hari lalu.

Pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan tantangan di banyak tempat. Para orang tua dan masyarakat pada umumnya minim pemahaman dan kesadaran bahwa anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak-anak pada umumnya. Termasuk untuk memperoleh pendidikan dan perlakuan tanpa diskriminasi dalam kehidupan sosial.

Untuk itulah, SLBN Mamasa melakukan upaya dan strategi dengan menyediakan makan siang dan transportasi gratis siswa. Kedua kegiatan dimaksudkan juga agar anak-anak rajin datang bersekolah. Selain itu, untuk keberlanjutan anak-anak bersekolah sampai tamat.

“Sekolah menyediakan makan siang setiap hari sekolah. Disiapkan juga transportasi antar-jemput gratis. Mobil yang dikontrak sekolah menjemput siswa yang rumahnya jauh, siang mereka diantar lagi pulang,” beber Sebernius. “Kalau tidak seperti itu anak-anak yang jauh rumahnya tidak akan datang sekolah,” tambah alumnus UNM 2013 itu. Ia menjelaakan, bahwa dirinya hanya melanjutkan program yang telah dilaksanakan kepala sekolah yang digantikannya.

Mengenai pelaksanaan belajar SLBN Mamasa hanya tiga hari sepekan, menurut Sebernius, merupakan kesepakatan dengan para orang tua siswa yang umumnya bertempat tinggal jauh. Kesepakatan tersebut, cukup membantu pula meringankan pembiayaan makan siang dan transportasi siswa.

Pria yang menjadi kepala SLBN Mamasa sejak 2018 itu menyebut biaya permakanan dan transportasi siswa masing-masing senilai Rp1 juta setiap bulan. Ia bersyukur karena tidak semua kebutuhan harus dibeli. Sayur-sayuran, misalnya, diperoleh dari pekarangan sekolah yang ditanami sayur-sayuran dan tanaman produktif lainnya.

Pemanfaatan pekarangan sekolah menjadi percontohan juga untuk pendayagunaan lahan agar produktif untuk meringankan kebutuhan sehari-hari.

SLBN Mamasa pada 2023/2024 memiliki 42 siswa yang terdiri 42 laki-laki 15 perempuan. Siswa tingkat SD 11 orang, SMP 7 orang, dan SMA 24 orang. Jenis disabilitas siswa, adalah tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, down syndrome dan autis. Mereka terbagi pada 13 rombongan belajar (rombel) yang dibina enam guru (guru PNS 3 orang, non PNS 3 orang).

Kegiatan pembelajaran siswa sekolah tersebut secara bertahap dilakukan penyesuaian dengan program merdeka belajar dan berpedoman pada sistem penyelenggaran pendidikan inklusif. Yaitu memberi kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pembelajaran secara bersama-sama.

Sebagian besar siswa SLBN Mamasa beragama nasrani. Tapi pendidikan agama beberapa siswa muslim tetap mendapat perhatian, seperti praktik salat termasuk salat dhuha secara rutin.
Siswa muslim antusias mengikuti bimbingan praktik salat dengan tenang disaksikan teman-temannya yang nonmuslim.

Pelaksanaan kegiatan belajar SLBN Mamasa berlangsung di tiga lokasi terpisah. Selain di sekolah induk di Taduk Kaluak, terdapat kelas cabang di Kota Mamasa yang berlokasi di samping kantor Dinas Dikbud Kabupaten, dan kelas cabang lainnya di Talipukki, Kecamatan Mambi. (*)

__Terbit pada
08/07/2024
__Kategori
Pendidikan