Perahu bagang milik nelayan Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polman.

Mengenal ‘Madodo’ Tradisi Berbagi Nelayan Tonyaman di Polman

POLEWALI MANDAR,- Masyarakat nelayan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, memiliki tradisi berbagi bernama Madodo. Tradisi sebagai wujud syukur ini ditandai aktivitas nelayan membagikan ikan hasil tangkapan kepada warga khususnya anak-anak.

“Madodo, rejeki nelayan dikasih anak-anak,  mereka membantu, dikasih ikan terus diberikan sama ibu-ibu,” kata salah satu warga, Sitti Ama kepada wartawan, Jumat (29/06/2024).

Tradisi madodo masih rutin dilakukan masyarakat nelayan di Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang.

Hampir setiap pagi, warga yang didominasi emak-emak dan anak-anak memadati pinggir pantai Tonyaman menunggu nelayan yang pulang melaut.

Ketika perahu bagang yang digunakan nelayan mencari ikan terlihat merapat ke pantai, anak-anak langsung terjun ke laut. Mereka bergegas berenang menuju perahu bagang untuk membantu nelayan mengangkat gabus berisi ikan teri hasil tangkapan.

Gabus berisi ikan segar tersebut lalu dipindahkan dari perahu bagang menuju daratan.

Ikan teri hasil tangkapan nelayan tidak semuanya dijual. Sebagian ikan yang oleh warga dikenal dengan nama lure, sengaja disisihkan untuk dibagikan kepada warga khususnya anak-anak yang telah membantu.

“Tidak semuanya dijual, ada juga yang dibagi-bagikan kepada warga, apalagi kalau hasil tangkapnya banyak,” ungkap Sitti Ama.

Sementara nelayan bernama Sukriadi menyebut, madodo merupakan tradisi turun temurun warga setempat sebagai wujud syukur kepada sang pencipta.

“Tradisi, kita berbagi rezeki, sebagai rasa syukur,” ujarnya.

Menurutnya, ikan dibagikan secara gratis kepada warga khususnya anak-anak yang telah membantu. Jumlah ikan yang dibagikan diukur menggunakan kaleng atau pun ember.

“Dikasih gratis, khususnya anak-anak yang membantu, nanti dikasih ikan, dikasih setengah ember,” terang Sukriadi.

Sukriadi mengungkapkan, perburuan ikan teri menggunakan perahu bagang, dilakukan nelayan secara berkelompok dari sore sampai subuh, dengan menggunakan perahu bagang.

Jika beruntung, setiap kelompok nelayan bisa mendapatkan sedikitnya 50 hingga 100 gabus berisi ikan teri.

“Tergantung kondisi ikan, ada biasa sampai 100 (gabus),” tuturnya.

Sukriadi mengatakan, ikan teri biasanya melimpah antara bulan Mei sampai Agustus. Dia mengakui jika dalam sebulan nelayan setempat hanya seminggu tidak melaut.

“Bulan Mei sampai Agustus banyak ikan. Biasanya dalam sebulan tidak full melaut, kalau terang bulan kita tidak melaut, jangka waktu seminggu baru turun (melaut) lagi,” pungkasnya. (thaya)

__Terbit pada
28/06/2024
__Kategori
Sosial