Sejumlah emak-emak mengikuti lomba menenun kain di Kabupaten Mamasa, Rabu (08/03/2023). ady

Semangatnya Emak-emak di Mamasa Ikut Lomba Tenun Kain untuk Rawat Tradisi

MAMASA,- Sedikitnya 45 emak-emak tercatat ikut ambil bagian dalam lomba menenun kain khas di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Selain untuk meriahkan HUT ke 21 Kabupaten Mamasa, lomba ini merupakan salah satu upaya untuk merawat serta mempertahankan tradisi dan budaya warisan leluhur.

“Kita ingin memperkenalkan bahwa Mamasa memiliki kearifan lokal warisan nenek moyang yang masih terawat dan terpelihara hingga saat ini,”kata Ketua Panitia Lomba Surianti kepada wartawan, Rabu (08/03/2023).

Lomba menenun kain ini berlangsung di Gereja Toraja Mamasa, Jemaat Mamasa Kota. Pelaksanaan lomba digelar tiga hari, mulai Senin (06/03) hingga hari ini, Rabu (08/03).

Selama lomba berlangsung, para peserta tampak antusias dan bersemangat menenun kain khas menggunakan alat tradisional, sehingga menghasilkan suara beraturan yang menggema dalam ruangan.

Surianti mengungkapkan, peserta lomba berasal dari beberapa kecamatan di daerah ini. Menurut dia,  tingginya animo warga yang mendaftarkan diri menjadi peserta, pertanda masih banyak warga daerah ini yang setia menekuni profesi sebagai penenun kain khas Mamasa.

“Ini pesertanya dari beberapa kecamatan yang memang mendaftar melalui panitia secara umum. Ini menandakan bahwa memang banyak masyarakat Kabupaten Mamasa yang kreatif dalam hal tenunan kain tradisional,”ungkapnya.

Surianti menyebut, ada beberapa unsur yang menjadi penilaian dalam lomba tenun ini. Selain kualitasi, kreativitas, kearifan lokal dalam tenunan kain, juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan para peserta.

Surianti berharap, pelaksanaan lomba tenun ini dapat memperkenalkan tenun sebagai warisan leluhur kepada generasi masa kini, serta meningkatkan perekonomian para penenun itu sendiri.

“Dalam lomba yang diperlihatkan bagaimana kreatifitas penenun, pengalaman, kualitas hingga kearifan lokal bentuk profesionalisme,”tuturnya.

“Semoga kegiatan ini dapat meningkatkan perekonomian para penenun, serta membangkitkan minat generasi masa kini dalam melanjutkan warisan leluhur,”tutupnya.

Salah satu peserta lomba tampak antusias menenun kain di Kabupaten Mamasa, Rabu (08/03/2023). ady

Sementara salah satu peserta lomba bernama Herminan mengungkapkan harapan kepada pemerintah, agar memperhatikan nasib para penenun yang terus berupaya merawat tradisi dan budaya warisan leluhur, di tengah gempuran budaya modern.

“Peran dan dukungan dari pemerintah sangat kami harapkan. Bagaimana kami para penenun dapat terus merawat tradisi dan kearifan lokal kita di Mamasa, sehingga nantinya terus berlanjut dan dapat membangkitkan ekonomi, budaya dan wisata di Mamasa,”tandasnya.

Pada kesempatan sama, peserta lain bernama Naomi mengaku setia menekuni profesi sebagai penenun kain. Selain untuk mempertahankan warisan leluhur, penghasilan yang diperoleh dari menenun, diakui dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Bahkan dari hasil tenunan ini, saya sudah bisa menghidupi keluarga termasuk untuk menyekolahkan anak,” pungkas Naomi yang mengaku sudah 30 tahun menekuni profesi sebagai penenun kain khas Mamasa. (ady/thaya)

 

__Terbit pada
08/03/2023