M Danial. (doc)

Semangat Peduli

Oleh M Danial

TERLAHIR dengan fisik yang tidak sempurna. Kedua lengannya tanpa tangan. Tungkai sebelah kanan sebatas mata kaki, sedangkan sebelah kiri hanya sebatas lutut. Meski dengan segala keterbatasan, ia menjalani hari-harinya menjadi gadis cilik yang penuh semangat. Ia lincah menggunakan kedua ujung lengannya untuk memegang sesuatu. Untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dilakukan dengan cara seperti berjinjit mengandalkan tungkai kaki kanan.

Kondisi anak bernama Fitriani yang kini berangsur tumbuh menjadi gadis cilik, sejak awal telah diketahui petugas kesehatan di kampungnya, Tapparang, Desa Taramanu Tua, Kecamatan Tubbi Taramanu, Polewali Mandar. Menurut Ida, ibu gadis cilik itu, persalinannya saat melahirkan anak pertamanya itu ditolong oleh petugas kesehatan setempat. Aco, suami Ida mengatakan kepala desa setempat pernah juga berkunjung ke rumahnya. Upaya apa yang dilakukan pemerintah setempat untuk meringankan keterbatasan Fitriani, pasangan Aco-Ida hanya sebatas berharap.

Tahun 2021 telah berganti tahun baru 2022. Sekilas hanya sebatas pergantian angka. Namun, seperti biasa penuh slogan sebagai pertanda semangat baru. Banyak orang menyatakan Resolusi. Memasang target menjadi lebih baik di tahun baru. Di berbagai media, termasuk media sosial bertebaran pernyataan Resolusi untuk menjalani tahun baru.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata resolusi berarti putusan atau kebulatan pendapat, atau pernyataan tentang suatu hal untuk dilaksanakan. Resolusi bisa diartikan sebagai ketetapan diri untuk berubah. Keinginan untuk melakukan praktik yang baik, mengubah sifat atau perilaku untuk mencapai tujuan pribadi atau memerbaiki kehidupan menjadi lebih baik. Resolusi untuk mencapai suatu tujuan dengan berusaha maksimal untuk mencapai tujuan.

Resolusi untuk lebih baik ke depan, yang diperlukan bukan hanya sebatas slogan. Apalagi untuk sekedar pencitraan, yang kebanyakan dilakukan para politik atau publik figur untuk mendapat simpati dan acungan jempol. Pernyataan resolusi sebagai komitmen, di mata publik sudah usang jika tidak disertai kesungguhan. Resolusi butuh konsistensi dengan tindakan nyata.

Kepedulian sosial yang sering terdengar, tidak lebih dari kaset usang yang diputar dan diperdengarkan berulang-ulang. Beban hidup yang makin berat dirasakan rakyat, terutama semasa pandemi Covid-19, bukan persoalan mudah untuk diatasi sendiri oleh rakyat. Aneka jenis bantuan yang digelontorkan dengan nama bantuan sosial, masih tetap menjadi bancakan yang menguntungkan pribadi atau kelompok tertentu. Berita media setiap hari tetap diwarnai soal korupsi. Rakyat yang merindukan taraf hidup lebih baik hanya bisa melongo. Terheran-heran dengan perilaku yang tidak juga berubah, meski pernyataan resolusi bertebaran setiap awal tahun.

Kondisi yang dihadapi orang tua Fitriani untuk mengatasi, setidaknya meringankan kesulitan yang dihadapi gadis cilik itu, mungkin juga membutuhkan resolusi semangat kepedulian yang disertai tindakan nyata. Sangat sering terjadi, persoalan sosial yang dihadapi rakyat kecil, mendapat perhatian karena pemberitaan media. Atau karena informasi yang viral di medsos. Sangat disesalkan, karena kondisi fisik berkebutuhan khusus gadis cilik tersebut, terabaikan oleh pihak yang seharusnya memberi perhatian untuk membantu mengatasi dengan alasan terbawa sejak lahir.

Semoga tahun 2022 menjadi momentum membarui semangat kepedulian sosial. Tidak sebatas resolusi yang berulang-ulang tanpa tindakan nyata. Persoalan yang dialami gadis cilik Fitriani, hanya salah satu contoh dari berbagai persoalan rakyat. Sebuah ironi, persoalan gadis cilik yang tinggal di desa terpencil itu, justru menjadi perhatian pihak luar yang mengetahui dari berita media media. Atau mungkin pertanda solidaritas sosial yang makin tergerus. Jika demikian adanya, sangat penting resolusi untuk menyuburkan kembali tradisi gotong royong. Wallahu alam. (*)

__Terbit pada
04/01/2022
__Kategori
Opini