Karena Patuh Prokes, Penjual Keliling Sukses Jadi Petani Anggur

Laporan: Thaya

Editor   :  Sulaeman Rahman

ADI Sucipto, nama lengkap sang penjual keliling dari kampung ke kampung ini. Akibat pandemi covid-19 penjual siomay keliling warga Dusun Magelang, Desa Arjosari, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat tersebut, kini sukses menjadi petani budidaya anggur.

Adi terpaksa banting usaha karena protokol kesehatan (prokes) yang tidak nyaman bagi dirinya untuk berkeliling di tengah pandemi. Di satu sisi harus patuh prokes, di sisi lain dia harus menghidupi keluarganya dari usaha dan keringatnya sendiri.

Kendati harus meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual siomay keliling, tidak membuat pria dua anak ini berkecil hati. Adi Sucipto tetap produktif mengurus tanaman buah anggur di samping rumahnya, yang sejak beberapa bulan terakhir mulai mendatangkan rupiah tidak sedikit.

“Hasilnya belum seberapa, tetapi Alhamdulillah, cukuplah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi sejak pandemi virus corona,“ ujar Adi Sucipto.

Adi lalu berkisah ihwal budidaya tanaman anggur yang ditekuninya. Sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2015 silam. Namun, kala itu hanya mengembangkan beberapa pohon saja.

“Setelah hasilnya diposting di media sosial, ternyata banyak yang respon dan banyak peminat. Sejak saat itu, saya mulai terpikir untuk melakukan pengembangan,“ kata pria berusia 40 tahun ini.

Seiring perjalanan waktu, akhir tahun 2019, Adi mengaku mulai memberanikan diri, memesan bibit tanaman anggur dari pulau jawa. Tanaman tersebut kemudian dikembangkan, pada lahan berukuran 10 x 24 meter di samping rumahnya.

“Sejak ada pandemi, saya bisa lebih fokus mengurusi tanaman anggur. Soalnya dulu saya jualan keliling, sekarang susah kemana-mana, jadi bisa lebih banyak mengurusi tanaman anggur ini,“ ungkap Adi semringah.

Dalam beberapa bulan terakhir, pekarangan di samping rumah Adi yang dulunya tampak gersang kini berubah rindang oleh dedaunan tanaman anggur yang ketinggiannya mencapai dua meter. Dari balik daun terlihat ratusan tandan buah anggur yang menggantung. Kendati belum matang, warna hijau buah anggur ini, cukup menarik perhatian.

Diakui Adi, 80 pohon tanaman anggur lokal maupun impor yang dikembangkannya mulai menunjukkan hasil. Dia menargetkan, setiap pohon tanaman anggur yang dikembangkan, paling sedikit mampu menghasilkan enam kilogram buah anggur yang dijual seharga 80 ribu rupiah per kilogram.

“Saat ini saya ambil target paling sedikit saja, soalnya kita baru mulai enam kilogram per pohon. Itu target paling sedikit, karena biasanya dapat menghasilkan lebih banyak dari itu. Pemasarannya saat ini, 80 ribu rupiah per kilogram,“ beber Adi menjelaskan kalkulasi usahanya, sembari memangkas daun kering pada tanaman anggur miliknya itu.

Menurut Adi, usaha budidaya tanaman anggur ini sepenuhnya dilakukan secara otodidak. Dia mengaku mencoba melakukan pencangkokan varietas anggrek lokal dan impor, agar mendapatkan hasil lebih maksimal.

Ia pun juga mengaku, pengembangan tanaman anggur yang dilakukan di samping rumahnya, sempat mendapat cibiran dari warga. Apalagi tidak sedikit warga di sekitar tempat tinggalnya, yang memilih menggeluti usaha pembuatan batu merah, untuk menopang ekonomi keluarga.

“Ya begitu, tidak sedikit yang meragukan, mengejek lantaran tidak yakin, karena dianggap ini sesuatu yang tidak mungkin,“ kenang Adi menceritakan tantangan yang dialaminya.

SEIRING waktu berjalan, keraguan bahkan mungkin cibiran tetangga dan para warga mampu dijawab Adi dengan keberhasilannya membudidaya anggur. Kerja keras Adi, tidak hanya mengundang perhatian warga setempat, tetapi juga warga dari luar daerah.

“Sekarang sudah banyak warga yang berdatangan, mau ikut mengembangkan tanaman anggur,“ seloroh Adi dengan raut wajah sedikit berbangga.

Apalagi, katanya, kawasan budidaya anggur miliknya, juga kerap dimanfaatkan warga sebagai tempat berwisata agro. Tidak sedikit warga yang datang sekedar untuk melihat, sambil berswafoto di tengah lokasi budidaya. Pasalnya, kebun anggur di daerah ini masih menjadi sesuatu yang langkah.

Adi berharap, keberhasilan membudidayakan tanaman anggur tidak hanya dirasakan sendiri, tetapi juga seluruh warga di kampung halamannya. Dia, bahkan punya cita-cita untuk menjadi kampung tempatnya berpijak tersebut menjadi kampung penghasil buah anggur.

“Saya ingin kampung ini bisa dikenal sebagai penghasil tanaman anggur, saya ingin seluruh warga bisa termotivasi, untuk ikut memaksimalkan pekarangan rumah menjadi lahan produktif yang bisa memberikan nilai ekonomi tinggi,“ katanya bersemangat.

Untuk diketahui, selain menjual buah anggur hasil budidaya pada sepetak lahan di samping rumahnya, Adi juga mulai melayani permintaan bibit tanaman anggur yang dijual seharga 100-150 ribu rupiah. Bandrol bergantung usia dan tinggi bibit tanaman anggur yang dibudidaya Adi.

Kini, pemasaran bibit tanaman anggur milik Adi, sang bekas penjual siomay keliling, ini sudah menyebar di berbagai tempat di daerah ini. Adi hanya punya satu prinsip, patuh prokes adalan jalan sukses di tengah pandemi. (*)

__Terbit pada
28/06/2021
__Kategori
Featured