Menyiasati Hidup di Tengah Pandemi, Tetap Taat Prokes
Laporan: Sulaeman Rahman
BAGAIMANA menghindari kerumunan dan mengatur jarak ketika aktifitas itu dilakukan di pasar? Dan, setiap hari?
Sementara berjuang untuk hidup sebagai pedagang atau pelapak tidak bisa dihindari. Dapur harus ngebul, anak dan istri butuh perlindungan suami sebagai kepala keluarga. Mereka butuh sandang, pangan dan papan.
Apakah dengan pandemi corona virus deases (covid) semua itu mesti diabaikan? Tentu saja tidak. Aktifitas sebagai pelapak ikan basah di Pasar Sentral Mamuju tidak harus berhenti, hanya karena alasan pandemi covid-19. Pemerintah sudah menetapkan protokol kesehatan, sehingga dengan mengikuti prokes tentu menjadi usaha untuk memutus mata rantai penyebarannya.
“Kita tinggal menyiasati saja, apalagi pemerintah tidak pernah berhenti menyerukan tentang prokes. Kita ikuti saja, tetap mengerjakan kewajiban namun taat prokes, termasuk di pasar ini,” kata Idris, seorang pelapak ikan basah di Pasar Sentral Mamuju, Kamis (27/05/2021).
Meski, diakuinya, penjualan ikan basah yang sudah dilakoninya berpuluh-puluh tahun di tengah pandemi covid-19 omzetnya menurun drastis. Idris memang tak menyebut omzet penjualannya, namun dia bersyukur masih bisa menjalani aktifitas tersebut. Paling penting, masih bisa mempertahankan kehidupan keluarganya.
“Awal-awal corona pasar pernah ditutup selama sepekan, tidak ada aktifitas apapun di pasar termasuk di lapak penjualan ikan basah. Ya, jujur saya sempat berontak, tapi kemudian sadar bahwa semua ini dilakukan pemerintah untuk kepentingan orang banyak,” kisah Idris.
Dia mengatakan, apabila pedagang atau penjual di pasar tidak ikut terapkan prokes, tentu pemerintah bisa saja menutup pasar secara permanen. Jika pasar ditutup, alamat hidup bagi Idris dan rekannya sesama pelapak ikan basah akan kesulitan. Demikian pikiran Idris ketika itu.
“Akhirnya saya berkesimpulan untuk mengikui protokol kesehatan tersebut. Dalam pikiran saya, apa susahnya menggunakan masker dan mengatur jarak. Kita memang harus menyiasati hidup di tengah pandemi yang masih belum jelas kapan selesai. Prinsipnya, kegiatan sebagai penjual ikan basah tetap berjalan, maka kita harus bertahan untuk tetap melaksanakan anjuran pemerintah dengan mengikuti prokes,” kilah Idris.
Sejak saat itu, Idris dan rekannya sesama penjual ikan basah tidak pernah lupa menggunakan masker. Mereka berjualan pun tetap mengatur jarak. Pengunjung pasar atau calon pembeli ikan basah pun ikut merasa nyaman. Para pelapak ikan basah sepertinya memberikan sugesti bagi pengunjung untuk tetap mengikuti aturan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
“Meskipun pengunjung pasar tidak seramai sebelum pandemi karena pembatasan oleh pemerintah, kami tetap bisa melaksanakan kegiatan sebagai penjual ikan. Sekalipun, hasil penjualan kami sangat menurun. Tapi, kami tetap bersyukur,” kata Idris.
KONDISI Pasar Sentral Mamuju, memang sangat berbeda sebelum pandemi covid-19. Selain warga yang sadar untuk membatasi diri tidak berkerumun teralu lama, atau membatasi diri dengan mengatur jarak, pemerintah juga tidak pernah jenuh melakukan patroli.
Aktifitas di Pasar Sentral Mamuju justru menciptakan suasana baru, karena pengunjung merasa nyaman adanya pembatasan dengan harus menggunakan masker dan atur jarak ketika masuk ke dalam pasar. Agresifnya pemerintah membuahkan hasil, Mamuju dalam dua bulan terakhir dinyatakan masuk zona hijau dengan jumlah positif sudah tidak ada.
Ketua Satgas Covid-19 Sulawesi Barat, Syafaruddin DM, mengatakan jumlah positif di Mamuju sudah zero. Namun, kasus-kasus sebelumnya tetap ditangani, baik isolasi mandiri maupun yang masih dirawat di rumah sakit.
Semoga kondisi ini terus membaik. Masyarakat semakin sadar pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Termasuk, para pelapak ikan basah di Pasar Sentral Mamuju, itu tentunya. (*)