Ribuan Pengungsi berkumpul di Sumarorong

Sumarorong,- Arus pengungsi yang meninggalkan Mamasa dan bergerak menuju Kec.Sumarorong terus bertambah.  Sampai saat ini, diperkirakan sudah ada 3000 warga dari Mamasa yang tiba di Sumarorong untuk mengungsi.

Saat dikonfirmasi pada Selasa siang (06/11), Camat Sumarorong Nikodemus, S.Pd mengaku telah menentukan beberapa tempat, sebagai lokasi pengungsian sementara “ dari hasil rapat bersama para kepala desa, lurah dan tripika, kami sudah menentukan beberapa titik lokasi pengungsian, diantaranya lapangan sepak bola sumarorong, lapangan sepaka bola tabone, area bandara sumarorong, serta beberapa rumah warga “.

Nikodemus menambahkan, kendati warga di Sumarorong juga merasakan getaran gempa, namun tidak menyebabkan kepanikan seperti yang dialami warga Mamasa.

Di lokasi pengungisan, warga bertahan di bawah tenda darurat baik yang didirikan secara pribadi, maupun yang telah disiapkan pemerintah setempat di bantu warga. Kendala yang dihadapi saat ini, karena kapasitas tenda yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pengungsi yang terus berdatangan  “ masalahnya sekarang karena kurang tenda, sementara saudara-saudara kita dari Mamasa masih banyak yang terus berdatangan “ terang Ade salah seorang pengungsi dari Mamasa.

Gempa berkekuatan 5,5 schala richter, yang dirasakan warga Mamasa, pada Selasa dini hari (06/11), tidak hanya menimbulkan kepanikan tetapi juga ketakutan.

Beredarnya sejumlah kabar akan terjadinya gempa susulan yang lebih besar, menambah kekhawatiran warga hingga akhirnya enggan kembali pulang ke rumah.

Kapolres Mamasa AKBP Arianto, SE yang dijumpai di lokasi pengungsian warga, menghimbau agar warga tetap tenang “ yang pertama tentunya kita memberikan himbauan kepada masyarakat, agar tenang dan tidak panik menyikapi fenomena alam mini “.

Lanjut Arianto juga mengatakan, agar masyarakat tidak terprofokasi berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya yang kerap beredar saat warga dilanda kecemasan “ masyarakat tidak boleh terprofikasi isyu yang tidak bertanggung jawab, harus percaya pada data yang lebih falid dalam hal ini dikeluarkan oleh pemerintah atau pihak terkait “ jelas Arianto. (Thaya)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

__Terbit pada
06/11/2018
__Kategori
Peristiwa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.