Semangat Rajanang, Nenek Berusia Uzur Penjual Daun Pisang

Semangat Rajanang, Nenek Berusia Uzur Penjual Daun Pisang

MATAKALI,- Berusia senja bukan alasan untuk menyerah pada hidup, berbagai macam cara dapat dilakukan tanpa harus mengharap belas kasih dari orang lain. Seperti yang ditunjukkan Rajanang, nenek asal Desa Bunga-Bunga, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar.

Walau usianya tidak lagi muda, Rajanang yang mengaku telah berusia lebih dari 90 tahun ini, masih semangat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehari-hari Rajanang bekerja sebagai penjual daun pisang kering. Pekerjaan ini diakui telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.

Kendati hanya menjual daun pisang, Rajanang tidak pernah berkecil hati, apalagi merasa malu mengumpulkan daun pisang dari kebun tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

Dengan kondisi kedua mata Rajanang sebenarnya tidak seawas dulu lagi untuk melihat, namun tangan tuanya masih cekatan merapikan daun pisang yang dikumpulkannya, sebelum dijual “  untuk satu ikat daun pisang kering dijual seharga sepuluh ribu rupiah, biasanya dikumpul dulu sampai banyak, sekali menjual bisa dapat 50 ribu rupiah “ ungkapnya  kepada wartawan, Rabu (06/02/19)

Jika dulu Rajanang kerap berjalan jauh untuk mencari daun pisang hingga ke desa tetangga, sejak sebulan terakhir, hal tersebut tidak dilakukan lagi, lantaran penyakit rematik yang telah lama dideritanya kerap kambuh, hingga membuatnya merasakan sakit tak tertahankan . Namun demikian, rasa sakit tersebut tidak lantas membuatnya mengeluh apalagi berhenti untuk bekerja, berbekal sepotong tongkat kayu, Rajanang terus berusaha untuk melangkahkan kakinya, menahan rasa sakit agar dapat terus beraktifitas.

Beruntung, warga yang kerap membeli daun kering yang dikumpulkan Rajanang, berkaik hati menjemput langsung daun kering siap jual ini, di rumah gubuk miliknya, sehingga dirinya tidak perlu berjalan jauh untuk mencari mempeli“ alhamdulillah, karena dengan kondisi seperti sekarang daunnya tidak perlu saya bawa kesana kemari untuk dijual, biasanya seminggu sekali ada pembeli yang datang ke rumah “ katanya dalam Bahasa daerah.

Selain berjualan daun pisang kering, Rajanang juga memelihara beberapa ekor ayam yang biasanya langsung dijual jika terdesak biaya kebutuhan hidup. Diakui, dirinya juga masih kerap mendapatkan jatah beberapa kilogram beras miskin dari pemerintah desa setempat.

Rajanang sebenarnya memiliki tiga orang anak, namun semuanya telah berkeluarga dan tinggal di tempat lain. Kendati  ketiga anaknya kerap datang dan memaksa Rajanang untuk tinggal bersama mereka, namun hal tersebut ditolaknya dengan alasan lebih nyaman tinggal sendiri “ saya lebih suka seperti ini tinggal sendiri , anak-anak biasa datang berkunjung dan mengajak saya untuk tinggal bersama mereka, tapi saya lebih suka disini “ ujar nenek yang mengaku telah puluhan tahun hidup menjanda.

Saat kondisinya kurang bagus, Rajanang mengaku lebih memilih tinggal di rumah cucunya daripada pulang ke rumah anaknya “ biasanya kalau lagi kurang sehat seperti sekarang, saya terpaksa menginap di rumah cucu, tapi kalau sudah sehat saya kembali lagi ke rumah ini “ sembari melipat sejumlah daun pisang kering.

Tempat tinggal Rajanang merupakan rumah panggung berukuran 3 x 5 meter yang nyaris ambruk. Rumah ini menggunakan lantai papan bercampur bambu, sementara dindingnya memakai anyaman pelepah rumbia, dan atapnya terbuat dari daun rumbia.

Di rumah miliknya , nyaris tidak terlihat adanya perlengkapan rumah tangga, ataupun sekedar kain yang bisa difungsikan sebagai pengalas lantai, agar tidak merasakan dingin saat tidur di malam hari. Rajanang hanya menunjukkan beberapa kardus bekas, yang diakui biasa dimanfaatkan sebagai pengalas saat hendak berbaring.

Kisah hidup Rajanang dengan semangat pantang menyerah, dan terus bekerja hingga di usia uzur agar dapat terus memenuhi kebutuhan hidupnya, harusnya menjadi pelajaran bagi semua orang khususnya yang masih berusia muda, akan pentingnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sendiri, tanpa harus mengharap pada orang lain. (Thaya)

 

 

__Terbit pada
06/02/2019
__Kategori
Inspirasi, Sosial

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *