Refleksi Akhir Tahun, Sekprov Sulbar : Kinerja Kita Masih Sangat Lambat

MAMUJU,- Sekprov Sulbar Dr Muhmmad Idris hadiri Diskusi Akhir Tahun  yang berlangsung di Warkop 89, pada Kamis kemarin (27/12/18).

Dalam diskusi yang mengangkat tema “ Refleksi dalam Perfektif Penguatan Pembangunan Provinsi Sulbar” Idris menyampaikan, bahwa sebuah perjuangan yang berhasil tidak hanya diciptakan melalui ide, tetapi juga diperlukan outpun kinerja dan bukti nyata bagi para pelaku pemerintahan. Idris menyebutkan, keberihasilan pemerintah sebagai pelayanan publik nyata bagi masyarakat dapat diukur dari ketersiadaan fasilitas-fasilitas seperti sekolah – sekolah yang memadai, tersedianya rumah sakit dan puskesmas, dan fasilitas umum lainnya.

“ Saya bangga dengan melihat kondisi di Sulbar pertumbuhannya lumayan bagus mencapai 6,7 atau diatas rata-rata nasional, tingkat indeks kemiskinan juga lumayan dan lapangan kerja sedikit agak bergerak maju walaupun lambat,” ungkapnya.

Masih kata Idris, dalam membangun pemerintahan daerah merupakan intensitas yang terbagi dalam wilayah-wilayah jajarannya, begitupun Sulawesi Barat tidak dapat terbangun melalui badan eksekutif dan yudikatif saja, melainkan didukung oleh percepatan kinerja para jajaran terbawah.

dimulai dari kantor-kantor instansi oemerintahan “ Pemerintah itu merupakan ekonomi yang berujung pada kesejahteraan, Sulbar sudah 14 tahun berdiri dan kita sudah merdeka dari daerah tetangga, tetapi tingkat kinerja kita masih sangat lambat,” kata Idris.

Tidak hanya itu, terdapat beberapa fokus yang menjadi perhatian pemerintah daerah yaitu peningkatan sumber Daya Manusia (SDM), kemajuan pembangunan dan membuka daerah-daerah terisolir. Ia menyampaikan pengalaman kunjungan kerjanya ke negeri Cina , terdapat tiga point kemajuan Negara yang perlu ditiruh yaitu zero korupsi, pertumbuhan pembangunan bermula dari desa, tipe warga negara yang pekerja keras dan penerapan mindset diawal pembentukan generasi melalui kontribusi pendidikan.

“ Saya hadir disini paling tidak bisa memberikan kontribusi satu mata rantai di Sulbar, dan mata rantai itu harus emas yang berarti mempunyai ide yang brilian bagi kemajuan daerah,” tutur mantan Deputi LAN bidang Diklat tersebut. (Rls/Thaya)

__Terbit pada
28/12/2018
__Kategori
Sosial

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *