Home / Pendidikan / Murid SD di Pedalaman Polman Pakai Rakit Reyot Seberangi Sungai Demi Sekolah

Murid SD di Pedalaman Polman Pakai Rakit Reyot Seberangi Sungai Demi Sekolah

Foto sejumlah murid asal Desa Peburru pakai rakit seberangi sungai untuk ke sekolah di Desa Lenggo, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polman, Rabu (30/04/2025).

POLEWALI MANDAR,- Belasan murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Galung-Galung di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, berjuang mengalahkan rasa takut  demi ke sekolah. Sebabnya, mereka harus menyeberangi sungai menggunakan rakit kayu yang sudah reyot dan lapuk.

“Takut, soalnya bahaya, apalagi kalau besar air sungai,” kata salah satu murid Haerul kepada wartawan, Rabu (30/04/2025).

SDN Galung-Galung terletak di Desa Lenggo, Kecamatan Bulo.  Para murid yang menyeberangi sungai untuk menjangkau sekolah tersebut berasal dari Dusun Petabbangan, Desa Peburru, Kecamatan Tutar.

Rakit kayu yang digunakan pada murid untuk seberangi sungai memiliki panjang sekira 3 meter dan lebar 2 meter. Pada sisi kiri dan kanan rakit diberi beberapa potong bambu sebagai penyeimbang.

Permukaan rakit diberi beberapa lembar papan. Berfungsi sebagai tempat para murid duduk ataupun berdiri saat seberangi sungai.

Rakit kayu itu digerakkan menggunakan dayung serta bambu sepanjang lebih kurang 5 meter sebagai pendorong.

Terkadang para murid harus mengambil resiko mengendalikan rakit tersebut jika tidak ada warga yang membantu mereka untuk menyeberangi sungai.

Haerul berharap pemerintah segera membangun jembatan untuk hubungkan kedua sisi sungai selebar 50 meter itu, agar mereka bisa terus ke sekolah dengan lancar tanpa bayang-bayang rasa takut.

“Mau pemerintah bangun jembatan supaya bisa ke sekolah dengan aman,” pinta murid kelas V SD itu.

Sementara salah satu guru SDN Galung- Galung Andi Hertina mengungkap jika para murid terkadang tidak dapat ke sekolah saat musim penghujan, karena air sungai kerap meluap.

“Kesulitannya itu kalau musim penghujan besar sungai, anak-anak tidak bisa menyeberang,” terangnya.

Dia mengaku pihak sekolah sudah memaklumi jika para murid dari Dusun Petabbangan tidak hadir di sekolah saat musim penghujan.

“Pihak sekolah sudah maklum  kalau murid tidak ke sekolah, kalau air sungai besar,” ucapnya.

Salah satu wali murid bernama Tanda mengungkapkan, dulunya ada jembatan yang biasa dilalui warga untuk menyeberangi sungai. Namun sayang, jembatan gantung itu telah hancur akibat diterjang banjir luapan sungai.

“Dulu ada jembatan, tapi tidak lama. Soalnya sudah hancur akibat banjir,” bebernya.

Tanda mengaku jika ketiadaan jembatan merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para murid di daerah ini untuk menuntut ilmu.

“Masalah sekolahnya sangat sulit sekali, terutama ini penyeberangan bahaya sekali. Kalau besar sungai tidak bisa menyeberangi, kasihan anak-anak,” tuturnya.

Menurut Tanda, anak-anak dari Dusun Petabbangan memilih bersekolah di Desa Lenggo karena jaraknya lebih dekat. Dia berharap pemerintah segera membangun jembatan untuk memudahkan mobilitas warga khususnya anak-anak yang hendak ke sekolah.

“Kalau sekolah lain jauh sekali, kurang lebih 8 kilo pergi pulang kalau dari sini. Kalau yang dibutuhkan masyarakat di sini dengan yang di sebelah terutama jembatan gantung, kalau bisa diperhatikan, supaya anak-anak juga bisa aman kalau berangkat ke sekolah,” pungkasnya. (thaya)

Tag:
error: Konten terlindungi !!