
Kisah Lansia Rabun di Banato Rejo, Hidup Memprihatinkan Diantara Puluhan Tikus
TAPANGO,- Kondisi memprihatinkan ini dijalani Sudiah (70 tahun), Warga Dusun II Banato, Desa Banato Rejo, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar.
Sejak 10 tahun terakhir, Sudiah harus hidup memprihatinkan, seorang diri di rumahnya berukuran 4 kali 6 meter.
Selain akibat belitan kemiskinan, sejak beberapa tahun terakhir, kedua mata Sudiah diketahui mulai rabun, membuatnya kesulitan untuk melihat.
Kondisi ini membuat Sudiah harus berhati-hati jikan ingin beraktifitas. Pelan melangkahkan kaki sembari menggerakkan kedua tangannya untuk meraba, lantaran takut menabrak sesuatu yang ada di depannya.
“ penglihatan saya sudah kabur, dulu sempat pakai kacamata tapi kacamatanya sudah hilang “ katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Sudiah yang telah lama hidup menjanda dan tidak pernah dikarunia anak, sangat mengandalkan belas kasih dari warga setempat.
“ untung masih ada tetangga yang kasihan sama saya, tiap hari ada saja yang datang ke sini membawa makanan, saya sudah tidak bisa apa-apa lagi, apalagi saya tidak punya keluarga “ ungkapnya lirih.
Ironis, sejak empat tahun terakhir Sudiah menderita penyakit gondok yang terus membesar. Belitan kemiskinan membuatnya pasrah, hingga tidak pernah memeriksakan kondisinya ke rumah sakit ataupun puskesmas terdekat.
“ awalnya cuman benjolan kecil, ukurannya seperti biji jagung, tapi terus membesar seperti sekarang, yah hanya bisa pasrah soalnya mau berobat tapi tidak uang “ cerita Sudiah kepada warga dan wartawan, yang mengunjunginya, Minggu (10/03/19).
Kendati berharap mendapat perhatian dari pemerintah agar kelak bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya, Sudiah yang dulunya bekerja sebagai penjual kerupuk mengaku pasrah, apalagi dirinya meyakini yang dijalani sekarang ini, sudah menjadi suratan takdir cobaan hidup dari sang pencipta.
“ yah disyukuri saja, namanya juga cobaan, mau bagaimana lagi, semuanya sudah diatur oleh Tuhan “ ungkapnya meneguhkan hati.
Rumah yang didiami Sudiah, merupakan pemberian warga setempat yang dibangun secara swadaya, Walau dibangun dari batu bata, bagian atapnya masih menggunakan atap rumbia yang pada beberapa sisi sudah terlihat bolong.
Di ruang tamunya, terdapat sebuah lemari pakaian, kompor gas yang kotor karena sudah lama tidak terpakai, sebuah meja yang diatasnya terdapat sisa makanan pemberian warga, serta sebuah kasur kapuk yang dipenuhi sobekan diduga akibat gigitan tikus.
Bahkan puluhan tikus ini diketahui enggan pergi , kendati Sudiah berada dalam kamar untuk bersitirahat.
“ biasanya ada banyak,mungkin karena ada orang lain tikusnya pada kabur, padahal biasanya kalau saya lagi sendiri, dan tidur di dalam kamar, tikus-tikus itu berdatangan “ tukasnya.
Saat wartawan memperhatikan kondisi sekitar, memang terlihat banyak tikus berukuran cukup besar berkeliaran dalam rumah Sudiah, termasuk di dalam kamarnya, didapati sejumkah tikus sedang menggrogoti pakaian usang miliknya yang berserakan di lantai.
Pada bagian dapur, terdapat sejumlah nampang berisi air dan beberapa perlengkapan dapur yang lama tidak terpakai. Bahkan di dalam rumah yang terlihat berantakan akibat tidak terurus ini, udara terasa pengap dengan bau yang menyengat.
Salah seorang warga bernama Andien mengaku prihatin akan kondisi yang dijalani Sudiah, apalagi pemerintah ataupun dinas terkait tidak penrnah memberi perhatian, kendati rumah yang didiami Sudiah berada di tengah pemukiman warga.
“ untungnya tetangga peduli dengan kondisinya, jadi tiap hari bergantian datang kesini untuk mengecek dan memberi makanan, kalau berharap perhatian pemerintah, mungkin sudak tidak seperti sekarang, jangankan memberikan bantuan, berkunjung saja tidak pernah, padahal rumah Sudiah dekat dan mudah dijangkau “ pungkasnya dengan kesal. (Thaya)