Derita Ginjal Boncor, Wanita Miskin di Beroangin Butuh Uluran Tangan

MAPILLI,- Nasib malang ini dialami Nurlia (21 tahun), warga Desa Beroangin, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar.

Sejak beberapa bulan terakhir, kondisi ibu satu anak ini semakin memprihatinkan. Wajahnya pucat dengan tubuh yang semakin kurus lantaran setiap hari harus menahan rasa sakit di perut.

Saat lakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar, pada tahun 2017 lalu, Nurlia divonis dokter menderita ginjal bocor, dan disarankan untuk melanjutkan pengobatan intensif pada dokter spesialis di Makassar.

Berbekal kartu jaminan kesehatan BPJS, Nurlia sempat berangkat ke Makassar dengan harapan bisa mendapat kesembuhan.

Namun malang nasib wanita yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga ini, kartu BPJS yang dimilikinya disebut tidak menanggung biaya obat-obatan atas penyakit ginjal bocor yang dideritanya.

“ Saya disampaikan, bahwa kartu BPJS yang saya miliki hanya menanggung biaya pemeriksaan penyakit, bukan biaya obat-obatan “ ungkapnya lirih kepada wartawan berkunjung di rumahnya, Rabu (22/05/19).

Seolah tidak ingin pasrah dan menyerah pada penyakit yang dideritanya, Nurliah sempat mencoba menebus obat-obatan untuk penyakitnya, berbekal sisa uang tabungan miliknya.

“ Namun jumlahnya ternyata tidak sedikit, obat yang hanya dikomsumsi selama seminggu tersebut harus saya tebus seharga delapan ratus ribu rupiah, yang menurut dokter harus dikomsumsi secara rutin sampai penyakit yang saya derita benar-benar sembuh “ ujar Nurliah sembari menghela nafasnya.

Selain meminjam uang pada sanak keluarga termasuk sejumlah tetangga, untuk membeli obat jika penyakit yang dideritanya kambuh , Nurlia juga mengaku sempat melakukan pengobatan alternatif dengan harapan bisa mendapat kesembuhan.

“ Tetapi sampai sekarang tidak ada perubahan, hasilnya sama, saja sementara uang untuk membeli obat juga sudah tidak ada lagi “ kata Nurliah dengan mata yang berkaca-kaca.

Kini Nurlia hanya dapat pasrah pada penyakit yang dideritanya. Harapan mendapat kesembuhan dari obat-obatan yang harus dibeli dengan harga yang sangat mahal, seolah menjadi sekedar mimpi baginya, apalagi penghasilan sang suami Nasrul (23 tahun), yang bekerja sebagai buruh, juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk untuk memenuhi asupan gizi buah hatinya yang baru berusia dua bulan.

Selain terus berdoa kepada Tuhan YME, uluran tangan dari dermawan menjadi harapan satu-satunya, untuk membantu meringankan beban biaya pengobatan penyakit yang dideritanya sekarang ini. (Thaya)

 

 

__Terbit pada
22/05/2019
__Kategori
kesehatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *