
Pertahankan Budaya, Pemuda di Alu-Polman Dirikan Sekolah Menenun
ALU,- Sekelompok Pemuda di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mendirikan sekolah menenun. Selain untuk pemberdayaan generasi masa kini, sekolah menenun didirikan demi mempertahankan kebudayaan.
Sekolah menenun ini berada di rumah salah satu warga Desa Mombi, Kecamatan Alu. Pelaksanaannya berlangsung setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu.
Para peserta sekolah menenun ini merupakan remaja setempat, baik yang masih sekolah maupun sebaliknya. Guru sekolah menenun ini, adalah warga yang menggeluti profesi sebagai penenun.
“Hari ini kami mengadakan sekolah menenun, kami memberikan materi kepada anak muda di sekitar Desa Mombi dan dari luar, terkait pengenalan alat dan bahan menenun, “ kata pendiri sekolah menenun, Reski Amalia kepada wartawan, Minggu (19/12/2021).
“Tujuannya, pertama untuk melestarikan budaya tenun di Sulawesi Barat. Karena kita lihat sekarang ini, generasi penenun di Sulawesi barat itu berkurang,” sambungnya bersemangat.
Menurut Reski, saat ini penenun sutra Mandar semakin sedikit serta didominasi orang tua. Ia menyebut, pentingnya regenerasi untuk mempertahankan keberadaan penenun sutra Mandar.
“Karena di lihat kondisi sekarang, kebanyakan penenun yang bertahan itu orang-orang tua, ibu-ibu. Jarang sekali kita melihat penenun yang masih muda. Jika tidak dipersiapkan regenerasi penenun sutra Mandar, kami khawatir ke depan tidak ada lagi penenun dari Mandar,” tandas wanita yang juga aktif dalam kegiatan literasi ini.
Reski yang merupakan Ketua Komunitas Rumah Baca Laikata, menargetkan sekolah menenun yang didirikannya, juga bisa menjadi wadah pengembangan usaha ekonomi kreatif di bidang tenun.
“Karena kami mendengar dari para penenun khususnya ada di Desa Mombi itu, mereka mengeluhkan karena harga sarung tenun di pasaran itu murah. Dengan adanya sekolah menenun ini, kami berusaha untuk menjadi tempat mereka juga untuk menjual hasil tenunnya, kemudian kami produksi menjadi produk yang lebih berinovasi dan bernilai tinggi,”pungkasnya.
Salah satu peserta, Sarifah mengaku bersyukur dengan adanya Sekolah Menenun ini. Ia berharap, kegiatan sekolah menenun ini, bisa mewujudkan mimpinya menjadi penenun yang handal seperti orang tuanya.
“Saya mau jadi penenun karena mama saya juga penenun. Saya senang menenun, saya berharap kelak bisa menjadi penenun yang handal,” tandas Sarifah.
Di Sekolah Menenun, para peserta tidak hanya diperkenalkan fungsi setiap bagian alat tenun, mereka juga mempraktekkan cara menenun menggunakan alat tradisional. Walau tampak sederhana, menenun sarung dengan cara tradisional ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Selain membutuhkan kesabaran, konsentrasi yang tinggi juga penting untuk menghasilkan kain tenun berkualitas. (Thaya)