Foto kondisi abrasi pantai di Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman.

Pilu Warga Mampie Polman, Hidup Ketakutan Akibat Abrasi Pantai

SUDAH beberapa pekan, warga yang bermukim di pesisir Pantai Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) diliputi perasaan cemas. Mereka ketakutan akibat abrasi pantai.

Betapa tidak, gelombang tinggi yang menghantam pantai Mampie, menyebabkan terjadinya pengikisan wilayah daratan di sepanjang pesisir pantai wisata ini.

Bahkan dalam beberapa hari terakhir, belasan hingga puluhan pohon yang tumbuh di sepanjang garis pantai Mampie, tumbang dan hilang tersapu ombak.

Bukan hanya itu, sangat sering pemukiman warga di daerah ini terendam banjir rob akibat air pasang.

Imbasnya tidak hanya mengganggu aktivitas warga, juga banyak tanaman produktif mati usai terendam air laut. Sementara sumber air minum warga tercemar air asin hingga tidak dapat dikonsumsi.

Salah satu warga setempat bernama Muslimin mengungkapkan, abrasi membuat jarak rumahnya dan garis pantai sudah semakin dekat.

“Sudah empat hari ini parah sekali (abrasi). Sudah ada 10 meter daratan hilang dalam 4 hari,” kata Muslimin kepada wartawan, Selasa (11/02/2025)

Diakui Muslimin, kondisi tersebut membuatnya tidak merasa tenang hingga kerap jatuh sakit karena ketakutan. Dia bingung, lantaran tidak memiliki tempat tujuan jika harus mengungsi.

“Gelisah, sakit gegara takut. Kita mau mengungsi tapi tidak tahu mau kemana,” ungkapnya.

Menurut Muslimin, sejumlah warga di sekitar tempat tinggalnya telah mengungsi karena rumahnya rusak usai diterjang gelombang tinggi. Dia berharap perhatian pemerintah agar dampak yang ditimbulkan abrasi tidak semakin parah.

“Sudah ada yang mengungsi orang di belakang sana, dua rumah hancur akibat kena ombak. Semoga ada kepeduliannya pemerintah, tidak sekedar datang untuk foto-foto,” ujarnya.

Warga Buat Tanggul Darurat dari Karung

Ketua Sahabat Penyu Mampie Muhammad Yusri menuturkan, warga telah membangun tanggul darurat dari karung yang diisi pasir, untuk meminimalisir dampak abrasi.

Meski bersifat sementara, diakui Yusri hanya itu yang dapat dilakukan agar kerusakan yang ditimbulkan abrasi tidak semakin parah.

“Jadi upaya yang dilakukan warga di sini yaitu memanfaatkan apa yang bisa, misalnya yang paling ekonomis itu karung untuk diisi pasir sebagai tanggap darurat. Itu pun sebenarnya abrasi tetap masuk, cuman kita sebagai warga, daripada duduk saja tetap mengupayakan,” terangnya.

Yusri menyebut, warga telah bergotong royong membangun tanggul darurat sepanjang 300 meter berbekal 1500 karung yang diperoleh secara swadaya.

Belakangan, Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi V yang berkantor di Kabupaten Mamuju, juga mengirim 600 lembar karung melalui pemerintah Kabupaten Polman, untuk dimanfaatkan warga Mampie membangun tanggul darurat.

Yusri mengaku cemas, apalagi sejak pemerintah pusat melakukan efisiensi anggaran yang berimbas pada sejumlah sektor termasuk pembangunan. Dia beharap pemerintah memberikan perhatian, agar Mampie dapat diselamatkan.

“Kami sangat berharap kepada pemerintah pusat baikti itu Presiden, bahwa Mampie ini setiap tahun daratannya terus berkurang, dengan adanya pemangkasan anggaran dari pusat yang berdampak ke daerah, kami merasa was-was. Sebagai warga di sini yang terdampak abrasi, karena yang kami harapkan bantuan dari pemerintah, demi mencegah laju abrasi yang terus menghantui warga Mampie,” pungkasnya.

Untuk diketahui, Pantai Mampie merupakan salah satu kawasan wisata favorit warga di Kabupaten Polman. Selain terkenal dengan keindahan panorama alamnya, pantai Mampie juga dikenal sebagai kawasan konservasi penyu.

Tidak mengherankan, kawasan wisata ini kerap mendapat kunjungan wisatawan lokal hingga mancanegara. (thaya)

__Terbit pada
15/02/2025
__Kategori
Peristiwa, Sosial