Petani di Desa Dakka Polman Basmi Hama Tikus Sawah Melalui Pengasapan
POLEWALI MANDAR,- Pemerintah bersama petani melakukan perburuan tikus sawah di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat. Sebabnya, keberadaan hewan pengerat itu menjadi hama yang kerap membuat produksi pertanian warga menurun.
Perburuan tersebut dilakukan para petani di Desa Dakka, Kecamatan Tapango, Minggu (01/12) sekira pukul 09.00 wita. Diikuti petani yang tergabung dalam kelompok tani Tunas Muda dan Galu Dara.
Sebelum perburuan dimulai, para petani terlebih dahulu mendapat pengarahan dari Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Polman bernama Masding, didampingi petugas Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Tapango.
Usai mendapat pengarahan, pera petani lalu dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok dibekali dengan alat pengasapan lengkap dengan bubuk belerang.
Petani lalu menyebar ke sejumlah titik yang diketahui menjadi tempat tikus bersarang. Umumnya, tikus bersarang di pematang sawah. Tikus membuat banyak lubang yang saling terhubung satu sama lain.
Dalam kegiatan perburuan ini, para petani harus mampu mengenali ciri-ciri lubang aktif yang menjadi sarang tikus. Setelah itu, lubang diberi bubuk belerang kemudian dibakar hingga menimbulkan kepulan asap tebal dengan bau menyengat.
Tikus akan langsung berlarian keluar dari dalam tanah ketika sarangnya mulai diselimuti asap belerang. Seakan tidak ingin membiarkan musuhnya kabur, para petani menggunakan kayu sigap mengejar dan menyerang tikus hingga akhirnya mati.
Para petani tampak bersemangat menyerang tikus buruan meski harus berlarian di pematang sawah di bawah terik matahari. Alhasil, ratusan ekor tikus berhasil dimusnahkan dalam waktu lebih kurang 2 jam saja.
“Sebenarnya ada banyak model pengendalian termasuk pemasangan umpan, tetapi fumigasi paling evektif. Berapapun tikus yang berada di dalam lubang itu akan mati setelah menghirup asap belerang,” kata Koordinator POPT Polman, Masding kepada wartawan, Minggu (01/12/2024).
Menurut Masding, areal persawahan warga di Desa Dakka memang dikenal sebagai daerah perkembangbiakan hama tikus. Itu sebabnya pengendalian hama tikus sejak dini harus dilakukan agar menjadi hama bagi petani.
“Di sini memang daerah endemik tikus. Makanya kita lakukan pengendalian dari awal, sejak pra tanam kita mengurangi populasi awal. Karena kalau populasi tikus itu tidak kita kendalikan, tentunya akan mengancam tanaman padi warga,” ungkapnya.
Dia menyebut, setiap pasang tikus dapat berproduksi hingga mencapai 2000 ekor per tahun. Itu sebabnya, pengendalian hama secara berkesinambungan penting dilakukan untuk mengurangi populasi tikus.
“Kita mau pengendalian tikus itu dilakukan dengan baik secara berkesinambungan, mulai pra tanam mulai pra tanam lanjut pengendalian berikutnya. Biasanya paling rawan saat memasuki fase bunting, itu puncak dari populasi tikus karena dalam satu pasang saja itu potensinya bisa mencapai 2000 ekor lebih dalam satu tahun, makanya untuk pra tanam ini kita lakukan pengendalian secara massal,” terang Masding.
Dia menegaskan, jika populasi hama tikus tidak dikendalikan dapat menyebabkan produksi hasil pertanian menurun.
“Kalau hama tikus kalau tidak ditangani secara baik bisa berdampak menimbulkan pengurangan hasil besar bahkan ada yang sampai fuso,” tandasnya.
Sementara salah satu satu petani bernama Jasman, mengungkapkan harapan kepada pemerintah agar terus melakukan upaya untuk mengatasi hama tikus. Serangan hama tikus diakui membuat produksi sawahnya menurun.
“Memang kalau hama tikus ini tidak dikendalikan, dampaknya sangat luar biasa membuat petani merugi. Bayangkan saja, banyak sawah yang produksinya menurun sampai 50 persen karena serangan hama tikus, makanya kami petani sangat berharap pemerintah aktif melakukan upaya pemberantasan hama seperti sekarang ini,” pungkas Jasman. (thaya)