Inovasi Emak-emak di Polman Sulap Daun Kelor Jadi Bubuk Kaya Manfaat Hasilkan Cuan
POLEWALI MANDAR,- Cerita inspiratif datang dari seorang emak-emak bernama Madina (45) warga Kabupaten Polewali Madar (Polman), Sulawesi Barat. Dia berinovasi mengembangkan daun kelor dalam bentuk serbuk atau bubuk untuk digunakan sebagai campuran berbagai jenis makanan hingga minuman.
Madina merupakan warga Kelurahan Manding, Kecamatan Polewali. Dia berprofesi sebagai petugas gizi di Puskesmas Anreapi.
Diakui, ide membuat kelor bubuk dimulai pada tahun 2016 lalu. Dia terfikir membuat kelor bubuk saat melihat anaknya kerap membawa bekal sayur ketika ke sekolah.
“Idenya berawal ketika anak saya sering bawa bekal ke sekolah. Saya mulai terfikir bagaimana mengolah sayuran tidak dalam bentuk cair, tidak berkuah plus simpel,” kata Madina kepada wartawan, Rabu (13/11/2024).
Saat dijumpai wartawan, Madina memperkenalkan kelor bubuk buatannya yang diikut sertakan dalam lomba olahan makanan sehat dalam rangka menyemarakkan Hari Kesehatan Nasional ke – 60. Lomba itu berlangsung di kantor Dinas Kesehatan Polman.
Madina menuturkan, inovasi membuat kelor bubuk dipelajari dari internet. Meski begitu, dia juga mengaku kerap bertanya kepada sejumlah temannya.
Lebih lanjut Madina mengatakan jika kelor bubuk buatannya tidak langsung dipasarkan. Pertama-tama dia melakukan uji coba terhadap produk buatannya itu. Salah satu caranya dengan mencampur kelor bubuk ke dalam olahan telur goreng yang biasanya dijadikan bekal anaknya ketika di sekolah.
Seiring berjalannya waktu, sang anak diketahui mulai terbiasa dan kerap meminta dibuatkan kelor bubuk sebagai campuran makanan. Bahkan tidak sedikit warga yang mulai menanyakan dan tertarik mencoba kelor bubuk buatan Madina.
“Belajar sama teman-teman. Dari youtube juga. Awalnya buat sendiri, akhirnya ada yang bantu,” ujar Madina.
“Saya campur di adonan telur. Awalnya saya sembunyi, dia (anak) tidak sadar kalau diberi kelor, setelah terbiasa akhirnya mulai mencari,” sambungnya.
Menurut Madina, produksi kelor bubuknya semakin masif dilakukan sejak tahun 2019. Apalagi ada imbauan dari pemerintah untuk menggalakkan penanaman kelor pada setiap rumah warga.
“Itu dimulai tahun 2019. Orang semua bergerak, semua lintas sektor bergerak, dan kita mulai menanam bersama kelor di setiap rumah penduduk,” terangnya.
Produk kelor buatannya mulai diperkenalkan saat COVID-19 melanda. Apalagi olahan kelor dipercaya memiliki khasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
“Sejak corona mulai dikomersilkan. Saya awalnya uji coba untuk tingkatkan daya tahan tubuh, dan pak camat di wilayah memotivasi,” ucap Madina.
Madina mengungkapkan, kelor bubuk buatannya dapat diolah sebagai campuran aneka makanan termasuk bakso hingga kue. Selain itu, juga dapat diseduh dan dinikmati seperti teh. Bahkan menurutnya, kelor bubuk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai lulur yang baik untuk kulit.
“Kalau lagi panas ekstrim, saya biasa pakai, ambul satu sendok kelor (bubuk) dijadikan lulur. Setelah itu diamkan lima menit baru dibersihkan, terasa menyegarkan,” imbuhnya meyakinkan.
Dia juga menuturkan jika produk kelor bubuk buatannya kaya manfaat untuk kesehatan. Mulai dari menstabilkan tekanan darah, gula darah, meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi alergi terhadap telur, menurunkan kolestrol hingga melembutkan kulit.
Selain kaya manfaat, Madina juga mengaku mendapat penghasilan tambahan hasil menjual kelor bubuk. Meski pemasarannya masih terbatas setidaknya omset yang diperoleh bisa mencapai Rp 500 ribu per bulan.
“Sekarang ini saya pasarkan via whatsapp, kalau ada pertemuan saya bawa seperti sekarang ini. Saya selalu stok 500 ribu per bulan dan selalu habis. Belum berani masuk di supermarket besar karena sementara proses pengurusan label halalnya,” pungkas Madina. (thaya)