Syarifuddin menunjukkan maggot yang dibudidayakan di kawasan pertanian terpadu, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman, Jumat (06/09/2024).

Pria di Polman Budidayakan Maggot untuk Atasi Sampah – Kembangkan Pertanian Terpadu

POLEWALI MANDAR,- Pria bernama Syarifuddin (43) di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, mencoba mengatasi persoalan sampah dengan melakukan budidaya maggot. Hasil budidaya lalu dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan kawasan pertanian terpadu miliknya.

“Kepikiran bagaimana mengatasi limbah- limbah dapur di rumah, bahkan biasa ke pasar untuk mencari pakan maggot, ” kata Syarifuddin kepada wartawan, Jumat (06/09/2024).

Diketahui, Syarifuddin merupakan warga Desa Ugi Baru, Kecamatan Mapilli. Pertanian terpadu telah ditekuni sejak 4 bulan terakhir, dibantu sang istri Sitti Fatimah (43).

Kawasan pertanian terpadu milik Syarifuddin terletak di Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Wonomulyo. Memanfaatkan sepetak lahan kosong seluas 500 meter persegi yang sudah lama terbengkalai.

Bersama sang istri, setiap hari Syarifuddin meluangkan waktu untuk mengembangkan kawasan pertanian yang di dalamnya terdapat kandang ayam, kolam ikan, biopond maggot dan berbagai jenis tanaman sayuran.

Menurut Syarifuddin, maggot dikembangkan dalam wadah biopond berbentuk persegi berukuran 1×1 meter. Setidaknya ada 6 wadah yang digunakan untuk mendukung proses budidaya maggot.

Untuk memenuhi pakan maggot miliknya, Syarifuddin mengaku membutuhkan 30 kilogram sampah organik setiap hari. Sampah tersebut bisa sayuran dan sisa buah-buahan.

Maggot atau belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) itu dipanen sekali dalam 18 hari.

“Per 18 hari sudah panen (maggot),” ungkapnya.

“Perhitungan populasi, kalau sekarang butuh sekitar 30 kilogram (sampah) sehari. Biasa ke pasar cari sampah, ” sambungnya.

Diakui Syarifuddin, budidaya maggot merupakan hal baru baginya. Dia mempelajarinya dari media sosial termasuk YouTube

“Awalnya dari media sosial, YouTube. Ini baru pertama kali sentuh pertanian, sebelumnya di marketing,” ujarnya.

Dia mengaku tidak merasa ragu untuk membudidayakan maggot. Apalagi potensi sampah organik sebagai pakan maggot cukup melimpah di sekitar tempat tinggalnya.

“Ragu tidak, bahkan optimis karena wono (Wonomulyo)pusatnya untuk pakan jadi Insya Allah kita tidak kewalahan, ” ujarnya tersenyum.

Dia juga mengatakan, maggot dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan ayam yang berada di kawasan pertanian terpadu miliknya. Sementara kasgot maggot digunakan sebagai media tanam.

“Maggot saya lihat cukup efektif untuk pertanian terpadu. Karena bisa untuk pakan ikan, pakan unggas, kemudian kasgot nya untuk media tanam sayuran, cabai, tomat dan lain-lain, ” terang ayah 4 anak itu.

Meski belum dikomersilkan, Syarifuddin mengaku hasil pertanian terpadu yang dikelolanya cukup efektif untuk mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari.

“Belum dikomersilkan, sementara ini masih konsumsi pribadi dengan keluarga, dengan teman-teman, ” imbuhnya.

Syariruddin menambahkan, pertanian terpadu miliknya akan terus dikembangkan. Dia telah merancang kawasan tersebut sebagian kawasan eduwisata sehingga nantinya bisa jadi percontohan.

“Dan Insya Allah ke depan kita mau kembangkan, karena target kita lokasi ini sebagai uji coba, sekaligus pembelajaran untuk kita bagaimana pembelajaran ke depannya. Target kita bisa jadi kebun eduwisata,” pungkasnya. (thaya)

__Terbit pada
09/09/2024