
Kisah Gadis Cilik 11 tahun di Polman Berhenti Sekolah Demi Rawat Ibu Lumpuh
POLEWALI MANDAR,- Gadis cilik bernama Sulfa (11 tahun) harus berjuang seorang diri merawat ibunya bernama Uni (38 tahun) di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat. Sudah dua bulan sang ibu hanya dapat terbaring lemah lantaran tetiba mengalami kelumpuhan.
“Sudah dua bulan seperti ini (rawat ibu),” kata Sulfa kepada wartawan, Rabu (15/11/2023).
Sulfa dan Uni merupakan warga Dusun Pangalo, Desa Katumbangan, Kecamatan Campalagian. Sehari-mereka tinggal berdua menempati rumah sangat sederhana berukuran sekira 6×5 meter.
Rumah tersebut menggunakan atap yang terbuat dari daun rumbia serta anyaman bambu sebagai dinding. Lantainya pun belum menggunakan ubin hanya diberi semen kasar.
Sulfa tidak memiliki saudara, sementara ayahnya sudah lama meninggal.
Menurut Sulfa, kelumpuhan ibunya belum berlangsung lama. Meski begitu dia mengaku jika ibunya memang lama sudah sering sakit-sakitan.
“Kalau sakit-sakitnya sudah menahun, tapi baru dua bulan ini sama sekali tidak bisa beraktifitas, karena lumpuh,” ungkapnya lirih.
Sejak ibunya lumpuh, Sulfa mengaku terpaksa berhenti sekolah lantaran harus mengambil seluruh peran dan tanggung jawab di rumahnya. Selain membersihkan hingga mencuci pakaian dan memasak, Sulfa jugalah yang harus harus memberi makan dan minum hingga memandikan ibunya.
“Terpaksa tidak ke sekolah dulu. Soalnya saya harus jaga ibu. Semuanya saya lakukan sendiri mulai dari memberikan rumah, beri makan dan mandikan,” bebernya.
Karena beratnya beban yang harus dipikulnya seorang diri, membuat Sulfa kerap menangis. Ia berharap ibunya segera sembuh agar dapat beraktivitas normal kembali.
“Biasa nangis soalnya sedih kalau lihat kondisi ibu seperti sekarang. Dalam doa selalu meminta kepada Tuhan agar menyembuhkan ibu saya dari sakitnya,” pungkas bocah yang mengaku bercita-cita menjadi seorang dokter.
Sementara itu, sang ibu Uni mengaku jika penyakit yang dideritanya ini tidak pernah diperiksakan ke dokter.
“Memang tidak pernah diperiksakan. Baik ke dokter maupun dukun,” ungkapnya.
Meski sedih karena Sulfa harus mengorbankan sekolah dan waktu bermainnya, Uni mengaku tidak dapat berbuat banyak untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya akibat dibelit kemiskinan.
“Mau bagaimana lagi pak, kita ini orang susah. Saya juga ingin Sulfa terus bersekolah, tapi kalau tidak ada Sulfa, tidak ada yang mengurusi saya,” ujarnya Singkat
Salah satu warga, Muslina mengungkapkan jika selama ini keluarga dan tetangga sering berupaya membantu Sulfa termasuk untuk merawat ibunya, Uni.
Hanya saja Uni diketahui enggan dibantu apalagi disentuh oleh orang selain anaknya, Sulfa.
“Ya terpaksa Sulfa tidak sekolah dulu. Soalnya, Uni tidak mau kalau disentuh orang lain, maunya Sulfa saja, padahal keluarga dan tetangga di sini biasa ingin membantu,” ungkap Muslina terpisah.
Sejak Uni terbaring sakit karena lumpuh, Sulfa juga diketahui harus mencari nafkah dengan berjualan beberapa bahan kebutuhan pokok di rumahnya. Modal berjualan tersebut diperoleh dari uang bantuan langsung tunai yang dikumpulkan sedikit demi sedikit .
“Pakai uang BLT sebagai modal, dikumpul sedikit-sedikit untuk jualan telur, gula dan lain-lain,” ungkap Muslina.
Diketahui, Sulfa memiliki ayah sambung bernama Sultan (40) yang bekerja di Makassar dan jarang pulang.
“Sudah nikah lagi ibunya, tapi suaminya jarang pulang. Makanya sejak nikah lagi, dia buat rumah mi sendiri di sini,” pungkasnya.
Saat ini, Uni telah berada di Puskesmas Katumbangan untuk jalani perawatan. Ia dievakuasi petugas menuju Puskesmas pada Selasa sore (14/11) kemarin. Selama di Puskesmas, Uni menolak jika Sinar pergi meninggalkannya. (thaya)