
Jalan Tidak Dapat Dilalui Kendaraan, Jenazah Warga di Mamasa Terpaksa Ditandu 15 KM
MAMASA,- Jenazah pria bernama Salo (60 tahun) terpaksa ditandu warga sejauh 15 kilometer di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Hal tersebut dilakukan warga, karena akses jalan dari rumah almarhum menuju mobil ambulans yang akan mengantar ke lokasi pemakaman tidak dapat dilalui kendaraan karena kondisinya rusak parah.
Perjuangan warga menandu jenazah Salo, viral setelah videonya beredar luas di media sosial, Senin(29/05). Video tersebut memperlihatkan sejumlah pria menandu peti jenazah melewati jalan terjal dan berliku. Terlihat juga sejumlah wanita menangis sedih, sesaat sebelum peti jenazah diangkat ke atas mobil ambulance yang menunggu di ujung jalan
“Ditandu 15 kilometer, kami sendiri yang menandu,” kata salah satu warga Jono Paulus Parrangan saat dikonfirmasi wartawan melalui sambungan telepon, Senin malam (29/05/2023).
Diketahui, almarhum Salo merupakan warga Dusun Landaulu, Desa Salukona, Kecamatan Tabang. Almarhum meninggal dunia karena sakit pada Jumat malam (26/05). Perjuangan warga menandu jenazah almarhum berlangsung Minggu siang (28/05) kemarin.
“Kemarin kami antar (tandu) mulai dari jam 12 selepas ibadah gitu, sampai mau jam lima sore. Soalnya jalannya naik turun gunung, melewati sungai juga,” ungkap Jono.
“Dia meninggal karena sakit, kurang tau juga sakitnya karena tidak pernah dibawa ke rumah sakit. Selain faktor biaya juga karena kondisi jalan,” sambung Jono.
Jono mengungkapkan, jenazah almarhum ditandu warga hingga Dusun Buttu-Buttu. Perjalanan menuju lokasi pemakaman di Dusun Rantepongko, Kecamatan Mamasa yang jaraknya mencapai 60 kilometer, dilanjutkan menggunakan mobil ambulance.
“Jenazah almarhum Salo ini, itu setelah sampai di dusun Buttu-Buttu dinaikkan ke mobil ambulance kemudian menerusalan jenazahnya ke dusun Rantepango yang jaraknya kurang elbih 60 kiloan,” terangnya.
Menurut Jono, jalan yang dilalui saat menandu peti jenazah almarhum kondisinya sudah lama rusak. Jalan tersebut merupakan bekas perintisan dan belum pernah dilalui kendaraan selain sepeda motor. Kondisi jalan semakin memprihatinkan karena kerap diguyur hujan.
“Kenapa jenazah kami tandu, karena ambulance tidak bisa mengakses sampai ke kampung Landaulu di mana almarhum meninggal dunia, karena akses jalan ke sana terbilang sempit, walaupun dulunya pernah dirintis alat berat, berhubung karena medannya mudah longsor disertai jujan deras akhir-akhir ini, membuat akses jalan ke sana ini tidak bisa diakses kendaraan roda empat,” bebernya.
Diakui Jono, buruknya kondisi jalan menuju kampung almarhum Solo, membuat warga setempat kesulitan mendapat layanan kesehatan. Hampir semua warga yang sakit harus ditandu jika ingin ke rumah sakit.
“Itu kampung almarhum (Salo) kampung saya juga. Selama ini kalau ada orang sakit dan mau dibawa ke rumah sakit memang harus ditandu, karena akses jalan ke sana belum bisa dilalui kendaraan roda empat,” ucapnya meyakinkan.
Jono berharap kepada pemerintah agar segera memperbaiki akses jalan menuju kampung halamannya itu. Menurutnya, akses jalan yang buruk juga menjadi hambatan setempat untuk meningkatkan perekonomian.
“Harapan saya sih semoga ke depan ini pemerintah memperbaiki akses jalan ke Landaulu, biar masyarakat kalau ada orang sakit mudah menjangkau rumah sakit, tidak harus lagi di tandu. Kalau akses jalan bagus juga bisa memperbaiki perekonomian masyarakat,” tutupnya. (thaya)