Pusat perdagangan Kabupaten Polewali Mandar terletak di Kecamatan Wonomulyo. (ist)

Menggali Sejarah Wonomulyo, Disuarakan menjadi DOB – Kota

BERBAGAI stakeholders di wilayah bekas kecamatan “Wonomulyo lama” mengikuti focus grup discussion (FGD) sejarah terbentuknya Wonomulyo. Pada forum tersebut, mengemuka harapan Wonomulyo menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) yang berstatus Kota.

Wonomulyo lama, adalah kecamatan Wonomulyo sebelum pemekaran yang kini menjadi lima kecamatan: Mapilli, Bulo, Tapango, Matakalli, dan Wonomulyo sendiri. Jumlah penduduk dalam wilayah Wonomulyo lama berkisar 150.121 jiwa yang tersebar di 52 desa dan empat kelurahan.

Senin 5 Desember, belasan pejabat serta puluhan orang yang terdiri
berbagai unsur hadir di aula pendopo Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar. Mereka menghadiri persamuhan yang dikemas dalam bentuk FGD untuk menggali informasi tentang sejarah lahirnya Wonomulyo: FGD Eksistensi Diaspora Kolonisasi Mapilli.

Penulis buku “Kampung Jawa di Tanah Mandar, Kronik Sejarah Kedatangan Kolonis Mapilli”, Adi Arwan Alimin yang menjadi salah satu narasumber, menggambarkan sekilas  kedatangan kolonisasi dari Pulau Jawa pada sekitar 1934 – 1938 di wilayah yang kemudian diberi nama Wonomulyo.

Awal mula nama Wonomulyo yang artinya hutan mulia, merupakan topik pembicaraan para peserta FGD. Hal tersebut, sesuai tujuan kegiatan yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulbar, untuk mendapatkan masukan yang akan dijadikan landasan menetapkan Hari Jadi Wonomulyo. Peserta FGD mendapat pencerahan juga dari sejarawan Dr Abdul Rahman Hamid, yang berinteraksi dengan peserta FGD secara daring atau zoom meeting.

Wakil Ketua DPRD Sulbar  Abd Halim sebagai penggagas pelaksanaan FGD, menyatakan pentingnya informasi yang detail untuk penulisan sejarah lahirnya Wonomulyo, wilayah yang terus berkembang  sebagai pusat perekonomian Polman.

“Kita mengharapkan kegiatan (FGD) ini melahirkan kesepahaman untuk menjadi titik awal merancang seminar sejarah lahirnya Wonomulyo,” jelas Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud Sulbar, Andi Harun Al Rasyid.

Foto bersama peserta FGD di Pendopo Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Senin (05/12/2022). ist

Tokoh masyarakat Wonomulyo, Dr Salam Harianto, menyebut berbagai potensi yang mendorong kemajuan Wonomulyo, tidak terlepas dari semangat kebersamaan masyarakat yang terdiri beberapa etnis: Mandar, Jawa, Bugis, Toraja, Makassar yang hidup rukun dalam keberagaman.

Salam Harianto berpandangan, dari berbagai aspek Wonomulyo sudah lama dikenal sebagai pusat perekonomian dan perdagangan yang menjadi andalan Kabupaten Polman dari sisi pendapatan daerah. Karena itulah, sudah saatnya mendorong Wonomulyo menjadi daerah otonomi baru sebagai Kota.

“Berbagai potensi yang ada di Wonomulyo dan kecamatan lain yang dulu disebut Wonomulyo lama, sudah saatnya kita didorong menjadi Kota,” tandas pria yang memiliki moyang dari Tanah Jawa. Harapan yang  disuarakan Salam Harianto diamini para peserta.

Bagaimana selanjutnya? Yang sangat dibutuhkan adalah kata setuju dari Pemkab (Bupati) dan DPRD Polman. Selain itu, pemenuhan persyaratan DOB yang diatur perundang-undangan.

Masa moratorium DOB hingga kini, merupakan kesempatan menyiapkan semua persyaratan untuk pengusulan pemekaran kabupaten  induk Wonomulyo menjadi DOB berstatus Kota. Tentu harus disertai pengkajian dari berbagai aspek: teknis, yuridis, dan sosiologis.

“Kalau sudah keinginan rakyat, kita berharap jangan ada pihak tertentu yang menghambat keinginan itu. Dan insya Allah persyaratan menjadi Kota terpenuhi, kita memang merindukan Kampung Jawa menjadi Kota Wonomulyo,” semangat Ikhsan Sahibuddin, warga Wonomulyo yang dikenal sebagai pemerhati dan aktivis senior. (emdanial)

__Terbit pada
06/12/2022
__Kategori
Sosial