Aktivitas mangngira bunga untuk memeriahkan maulid Nabi Muhammad di Desa Buku, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar.

Uniknya Angngira Bunga, Tradisi Meriahkan Perayaan Maulid Nabi di Desa Buku-Polman

MAPILLI,- Warga Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), memiliki beragam tradisi untuk memeriahkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Salah satunya bernama Angngira Bunga, ditandai aktifitas mengiris daun pandan yang menjadi rebutan warga.

“Dilaksanakan (angngira bunga) pada malam mau maulid, rangkaiannya diawali dengan berdzikir, sambil berdzikir sambil mangira bunga,”kata salah satu tokoh masyarakat desa Buku, Paduwai kepada wartawan, Sabtu (8/10/2022).

Angngira Bunga merupakan tradisi leluhur warga Desa Buku, Kecamatan Mapilli. Tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun ini, pertama kali dilakukan seorang imam desa setempat bernama H Marajang, pada awal tahun 1930.

Dalam bahasa Indonesia, angngira berarti mengiris, sehingga angngira bunga dapat diartikan mengiris bunga. Bunga yang dimaksud dalam tradisi angngira bunga adalah daun pandan.

Angngira bunga dilakukan dengan menggunakan alat khusus bernama pangngira’kang. Alat ini terbuat dari sepotong bambu. Pada permukaan bambu yang telah dibagi dua, diberi lobang kecil seukuran daun pandan.

Daun pandan yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam lobang kecil pada permukaan bambu, kemudian dipotong sedikit demi sedikit menggunakan pisau.

“Sudah sejak dulu cara memotongnya seperti ini, jadi tidak bisa kita ubah-ubah,”ungkap Paduwai meyakinkan.

Menurut Paduwai, kegiatan angngira bunga biasanya dilakukan secara bersama-samai, sembari diiringi tabuhan musik rebana. Hal tersebut juga sebagai wujud silaturahmi antar warga di daerah ini.

Daun pandan yang telah diira’, kemudian dibawa ke Masjid dan ditempatkan bersama sajian khas maulid lainnya seperti telur dan aneka macam kue.

Setelah dzikir maulid selesai, daun pandan yang telah diira’ dibagikan oleh sesepuh adat kepada seluruh masyarakat. Tidak sedikit warga yang rela berebut, demi mendapatkan daun pandan tersebut.

“Setelah itu dibawa ke Masjid, setelah doa bersama usai, dibagikan kepada seluruh warga, kadang ada yang rebutan karena takut kehabisan,”pungkas Paduwai.

Warga lain bernama Nurlina menyebut, sebagian warga meyakini tradisi ini dapat mendatangkan berkah hingga mempermudah jodoh para muda mudi. Daun pandan menjadi rebutan, karena memiliki aroma khas yang menarik perhatian.

“Katanya kalau cewek-cewek yang dapat mudah datang jodohnya, begitu juga dengan pria,”ujarnya.

Menurut Nurlina, daun pandan yang telah diira biasanya dicampur dengan perlengkapan makeup wanita, ataupun dimasukkan dalam botol parfum pria.

“Biasanya kalau cewek yang dapat dicampur dengan alat makeup, kalau laki-laki biasa bibawa-bawa atau dicampur dengan parfum karena bagus baunya,”pungkas Nurlina tersenyum. (thaya)

__Terbit pada
09/10/2022
__Kategori
Wisata